lumpia duleg (instagram.com/angga_purenda)
Desa Gatak, asal dari lumpia duleg bisa dibilang sebagai desa yang patut dicontoh karena toleransinya yang tinggi. Di desa ini terdapat tiga tempat ibadah yaitu masjid, gereja, dan pura.
Nah, kirab dengan membawa gunungan lumpia harus banget melintasi jalanan di mana tiga tempat ibadah tadi berdiri. Hal tersebut sebagai simbol kerukunan dalam perbedaan.
Tujuan lain dari terselenggaranya tradisi ini yaitu untuk sarana memperkenalkan lumpia duleg supaya lebih di kenal luas, sehingga membantu ekonomi kreatif dari masyarakat setempat. Selain itu, supaya lumpia duleg tetap terjaga kelestariannya.
Penyelenggaraan kirab gunungan lumpia juga bersifat tentatif, sehingga bagi kamu yang kepengin cari tahu mengenai tradisi ini harus sering-sering update informasi.
Setelah membaca fakta menarik tentang lumpia duleg tadi, apakah kamu tertarik untuk mencicipinya? Jika iya, melipir saja ke Klaten, tepatnya di Kecamatan Delanggu.
Penjualnya biasanya menjajakan dengan sepeda yang dibelakangnya terdapat tempat kecil dari kayu dan kaca. Harganya juga terjangkau, lho. Kisaran Rp5-10 ribu per bungkus, tergantung jumlah lumpia duleg saat dikemas.