5 Perbedaan Kimci dan Sauerkraut, Hidangan Fermentasi yang Sehat

Makanan fermentasi bukanlah tren baru di dunia masak-memasak. Di Indonesia, makanan fermentasi banyak ragamnya, seperti asinan, tapai, oncom, dan lain sebagainya. Sementara dari luar di luar negeri ada kimci, makanan fermentasi dari Korea. Lalu, ada pula sauerkraut, hidangan yang terkenal di Eropa terutama bagian barat.
Kimci dan sauerkraut adalah makanan yang lazim disimpan dalam stoples kaca saat pengawetannya. Selain sebagai makanan fermentasi, keduanya juga dikenal sebagai makanan sehat. Lalu, apa yang membuat kimci dan sauerkraut berbeda? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.
1. Asal-usul
Kimci adalah makanan fermentasi yang berasal dari Korea dan telah menjadi hidangan tradisional di sana. Dikutip dari Korean Cultural Centre Art, kimci diperkirakan sudah ada paling lambat pada Zaman Tiga Kerajaan, yaitu 57 SM—668 SM. Pembuatan kimci dilatarbelakangi oleh musim dingin yang melanda Korea, sehingga banyak yang meninggal karena kelaparan.
Untuk membuat kimci, sayuran hanya diawetkan dengan penambahan air garam. Selama berkembangnya waktu, penambahan bumbu dan bubuk cabai membuat kimci menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Korea.
Sementara itu, sauerkraut sudah terkenal di Jerman sejak tahun 1600-an. Namun, sauerkraut bukan berasal dari Jerman, lho.
Sauerkraut berasal dari kata sauer yang berarti 'asam' dan kraut yang mengacu pada 'kubis'. Tak hanya di Jerman, hidangan ini juga terkenal di Eropa, khususnya pada zaman kekaisaran Romawi.
Sauerkraut sendiri berasal dari China yang sebelumnya pernah melakukan fermentasi kubis dengan anggur beras. Metode pengawetan ini kemudian diadopsi oleh orang Eropa. Sayangnya, hidangan sehat ini mengalami penurunan popularitas dari masa ke masa, khususnya di Eropa.