Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
sepiring sushi dan tamagoyaki (Pexels.com/Cup of Couple)

Belakangan ini, restoran Jepang mulai bermunculan di tanah air. Tak hanya di kota besar, model bisnis kuliner ini pun merambah kota-kota kecil. Bahkan konsepnya pun meluas dan makin merakyat. Tidak hanya fine dining, kini kamu bisa dengan mudah menemukan makanan Jepang yang dijual di minimarket bahkan tenda-tenda. 

Seolah tak tergeser oleh tren makanan Korea yang sempat membludak jumlahnya beberapa waktu lalu, makanan Jepang bisa dibilang lebih stabil peminatnya. Tak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Bahkan makanan jadi salah satu daya tarik wisatawan untuk mengunjungi negara kepulauan di Samudera Pasifik itu. Apa yang memungkinkan ini terjadi? 

1. Dianggap opsi makanan yang lebih sehat

semangkuk ramen (Pexels.com/Katerina Holmes)

Riset Noboru Toyoshima di Thailand; Luiz Murakami, dkk. di Brazil; Tomomi Endo di Amerika Serikat, dan Lee Milligan di beberapa negara Eropa sepakat menemukan adanya persepsi bahwa makanan Jepang lebih sehat. Mayoritas makanan Jepang dibuat dari bahan-bahan autentik dan disajikan utuh (bahkan mentah). Itu berarti masakan Jepang relatif tidak melalui proses pematangan dan penambahan rasa berlebih yang bisa mengurangi bahkan merusak nutrisi asli makanan.

Hal ini diamini pula oleh  Héctor García dan Francesc Miralles dalam buku mereka yang bertajuk Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life. Menurut temuan mereka, salah satu alasan orang Jepang, secara spesifik di Okinawa, memiliki usia yang panjang karena kebiasaan makan mereka yang baik. Yakni dengan porsi yang cukup, tetapi beragam dan tidak melalui banyak proses seperti penggorengan, apalagi pengawetan non-alami.

2. Rasa gurih tanpa bumbu yang kelewat kuat, cocok di lidah mayoritas orang

Editorial Team

Tonton lebih seru di