takoyaki (Pexels.com/Alex Kozlenko)
Alasan lain tentu rasa yang enak dan bumbu yang pas. Tidak seperti beberapa makanan khas negara tertentu yang rasa pedas, manis, atau bumbu rempahnya cukup kuat, seperti hidangan Indonesia, India, Arab, dan Korea, makanan Jepang terasa cenderung mild dan netral di lidah. Ada yang disebut dengan istilah umami dalam masakan Jepang.
Hannah Goldfield dari The New Yorker mencoba menelaah arti dari istilah tersebut dengan mewawancarai beberapa sumber, dari ilmuwan kimia sampai koki. Ada beberapa pendapat yang bisa dirangkum. Pertama, umami berarti rasa kelima yang bisa dicicip indera perasa manusia selain pahit, asin, manis, dan asam. Kedua, umami bisa juga berarti keseimbangan rasa dalam masakan yang menghasilkan sensasi nyaman saat dan setelah dimakan.
Kazu Katoh dari Organization to Promote Japanese Restaurants Abroad (JRO), salah satu narasumber Goldfield mengungkap bahwa dalam memasak, orang Jepang menganut paham mengekstrak (rasa asli dari bahan makanan), bukan menambahkan. Itu berarti bahan yang berkualitas dan segar jadi kunci.
Ini terbukti ketika kamu menilik video-video di balik layar restoran-restoran Jepang yang beredar di media sosial. Para pemilik restoran bahkan membuat sendiri komponen-komponen masakan mereka, seperti mi, tepung panko, hingga saus. Bila tidak memungkinkan, mereka biasanya bekerja sama dengan pabrik rumahan. Artinya ada kepedulian tinggi terhadap keaslian bahan makanan yang mereka sajikan.