TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Makanan Khas Nisfu Sya'ban di Berbagai Daerah Indonesia

Kalau di daerahmu sendiri, namanya apa?

ilustrasi makan kurma (freepik.com/Rawpixel.com)

Bagi umat Islam, Nisfu Sya'ban merupakan salah satu malam yang istimewa. Malam ini jatuh pada hari ke-15 bulan Sya'ban atau bulan ke-8 dalam penanggalan Hijriah. Kaum dan kaum muslim diimbau memperbanyak amalan dan ibadah, seperti doa, zikir, dan puasa sunah.

Imbauan tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, pada malam Nisfu Sya'ban, sebanyak 300 pintu rahmat dan pintu ampunan dibuka Allah SWT untuk manusia. Malam Nisyu Sya'ban juga menjadi salah satu waktu mustajab untuk memanjatkan doa. 

Karena hanya berlangsung setahun sekali dan waktunya menjelang Ramadan, umat Islam di beberapa daerah pun "merayakannya" dengan cara yang istimewa pula. Ada beberapa sajian makanan yang menjadi ciri khas perayaan Nisfu Sya'ban. 

Kamu pasti penasaran apa saja makanan khas Nisfu Sya'ban di berbagai daerah Indonesia, kan? Simak ulasannya di bawah ini, yuk!

1. Sego langgi

Ilustrasi sego langgi (cookpad.com/Aqila Syafiqa)

Masyarakat Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur, memiliki tradisi unik untuk memperingati malam Nisfu Sya'ban, yakni berkumpul dan makan sego langgi bersama-sama. Tradisi ini sudah dilangsungkan secara turun-temurun dan tetap dilestarikan hingga sekarang.

Sego langgi sendiri merupakan makanan favorit Mbah Raden Noer Rahmat atau Sunan Sendang. Makanan ini terdiri dari nasi putih yang ditata dengan alas daun pisang, kemudian "ditimbun" dengan beragam tujuh macam sayuran yang diolah dan dicampur dengan parutan kelapa segar, serta ada lauk-pauknya.

Tujuh jenis sayuran tersebut merujuk pada kata "pitu" yang dikaitkan dengan "pitu-pitulung" atau pertolongan dari Allah SWT, agar dijauhkan dari segala macam bahaya dan musibah, serta diberi keselamatan dan kesejahteraan.

2. Puli

Ilustrasi puli (cookpad.com/Ajeng Pradewi)

Di Desa Karangnongko, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara, ada tradisi bernama "Bodho Puli" yang dilangsungkan pada bulan Ruwah atau Sya'ban. Tujuannya untuk menjalin silaturahmi antarwarga setempat, ungkapan syukur, dan menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Dalam bahasa Jawa, "bodho" bermakna hari raya. 

Dalam Bodho Puli, masyarakat akan bersama-sama menyantap puli, sejenis makanan yang terbuat dari nasi dan dicampur dengan bleng (bahan kimia yang terbuat dari campuran garam mineral berkonsentrasi tinggi). Teksturnya kenyal, rasanya gurih, dan bisa disantap langsung atau dengan parutan kelapa.

3. Apem

Ilustrasi kue apem (Instagram.com/dapoersikoko)

Masyakarat Jawa pasti sudah tidak asing lagi dengan apem. Kue tradisional ini sebenarnya mudah ditemukan pada hari-hari biasa dan kerap dijual di pasar tradisional atau penjual kue rumahan. Namun, tentu saja kehadirannya saat Nisfu Sya'ban tetap menjadi rebutan di berbagai tempat.

Di Yogyakarta, ada tradisi bernama ngapeman atau membuat apem bersama-sama. Sedangkan, di daerah lainnya, kue ini dijadikan satu dengan makanan lain dan disantap bersama-sama dalam acara kenduri atau doa bersama sata Nisfu Sya'ban.

Nama kue apem sendiri berasal dari Bahasa Arab "‘afwan" atau "afwum" yang berarti maaf. Secara harfiah, makna kue ini adalah permintaan maaf kepada Allah SWT dan sesama makhluk-Nya. 

Baca Juga: Kapan Puasa Nisfu Syaban 2024? Catat Tanggal dan Niatnya

4. Ketupat

Ilustrasi ketupat (vecteezy.com/Priyo Santoso)

Ternyata, ketupat tidak hanya identik dengan Hari Raya Idulfitri, tetapi juga pada bulan Sya'ban. Di beberapa daerah, seperti Tuban, Gresik, dan Rembang, ada tradisi kupatan yang berlangsung saat malam Nisfu Sya’ban.

Ketupat atau kupat tersebut memiliki makna yang mendalam bagi umat Islam. Dalam Bahasa Jawa, kupat adalah akronim dari "ngaku lepat" atau menyadari kesalahan dan kekeliruannya, baik kepada Allah SWT maupun sesama makhluk, kemudian memohon ampun dan memanjatkan doa. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya