TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Kevindra Soemantri Menjadi Seorang Food Writer Independen

Gak perlu jago masak kalau ingin jadi food writer

Kevindra Soemantri (instagram.com/kevindrasoemantri)

Kuliner memang tak akan pernah ada habisnya untuk dibahas, karena selalu muncul sesuatu yang baru. Inilah tantangan bagi orang yang berkecimpung di dunia kuliner, termasuk Kevindra Soemantri, seorang food writer independen sekaligus editor kuliner dan chef.

Untuk menjaga independensinya, ia mengedepankan kredibilitas yang tinggi. Bahkan, demi melakukan review makanan, dirinya sampai beberapa kali datang ke restoran yang sama untuk melihat konsistensi hidangannya.

Kalau kamu ingin menjadi food writer juga seperti Kevin Soemantri, kisahnya bisa menjadi inspirasimu. Seperti apa? Simak cerita lengkapnya di bawah ini, ya!

1. Bermula dari sepuluh besar MasterChef

Kevindra Soemantri (instagram.com/kevindrasoemantri)

Awalnya, nama Kevindra Seomantri lebih dikenal sebagai salah satu kontestan yang masuk dalam urutan sepuluh besar MasterChef Indonesia Season 1. Selepas dari ajang memasak ternama ini, Kevindra melanjutkan karirnya dengan mendalami memasak fine dining.

Ia juga smpat menjadi koki di Bulgari Resort Bali. Setelah itu, barulah beralih sebagai food writer. Pria kelahiran 13 Mei 1993 itu pun sempat didapuk sebagai founding editor di Traveloka Eats. Selama mendalami berbagai pekerjaannya yang berhubungan dengan makanan ini, ia merasa sangat menyukai semuanya.

"Jujur, gak bisa milih salah satu aja sih, karena semuanya saling berkaitan. Saya juga akan ada food show," ujar Kevindra kepada IDN Times, Selasa (14/12/2021). "Nah, kalau gak punya pengalaman dan pengetahuan dari semua pekerjaan saya, ya gak akan diundang jadi host."

Kevindra Soemantri (instagram.com/kevindrasoemantri)

Meski enjoy dengan pekerjaannya, tetapi ia mengaku menemui banyak tantangan. Pertama, kata dia, sekarang banyak sekali kuliner yang baru. Dunia kuliner terus berkembang, tak pernah tidur. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan pemahaman para pelaku kuliner soal posisi penulis makanan.

"Saya masih sering dianggap remeh. Bahkan, banyak yang menanyakan harga, padahal saya adalah penulis independen," ujarnya.

2. Sebelum mengulas, Kevindra selalu riset

Kevindra Soemantri (instagram.com/kevindrasoemantri)

Sebagai penulis, sebenarnya pekerjaannya tak jauh beda dengan jurnalis. Keduanya sama-sama harus melakukan riset sebelum terjun ke lapangan secara langsung. Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum ke lokasi adalah apa tempat makannya, chefnya siapa, makanannya apa, dan lokasinya di mana.

"Setelah itu sih, nanti waktu ke lokasi bisa nanya-nanya ke pelayan atau chefnya," katanya. Setelah mengetahui sekilas infonya, barulah ia mulai mengulas makanannya.

Metode yang dilakukan Kevindra tergantung lokasi, apakah itu restoran atau street food. Kalau di restoran, dia akan menilai apa yang di depan mata, misal ambience, service, dan food. Nah, food masih bisa dibagi lagi, yaitu relevansi, rasa, komposisi, dan kreativitas.

Sedangkan, untuk streetfood, akan dinilai dari cerita di baliknya dan higienis atau tidaknya tempat makannya. "Sebenarnya rasa enak sendiri itu gabungan dari puluhan faktor, bisa jadi teksturnya, suhunya, komposisinya, dan elemen sentimentil yang mengingatkan kita pada masa kecil," tutur pria kelahiran Jakarta tersebut.

Kevindra Soemantri (instagram.com/kevindrasoemantri)

Selain itu, harga juga diperhitungkan, meski tidak yang paling utama. "Biasanya kita datang ke tempat makan, kita lihat dulu mereka menargetkan market apa." Apakah harga sesuai market, lalu ketika dilihat dan dicicipi, apakah harga makanannya merepresentasikan kualitasnya. "Kalau semua sesuai, sudah," kata Kevindra.

Cara penilian di atas membuat Kevindra lebih objektif dalam mengulas makanan. Istilahnya seolah punya metodologi yang membantu menilai, sehingga bukan hanya dari preferensi saja. 

Baca Juga: IWF 2021: 5 Tips Menulis Makanan Daerah dari Kevindra Soemantri

3. Menemukan hidden gem jadi bagian paling menyenangkan

ilustrasi makanan (instagram.com/kevindrasoemantri)

Saat datang ke restoran, bertanya soal menu yang paling direkomendasikan memang sangat biasa. Kevindra pun melakukan hal yang sama. Uniknya, ia justru akan memilih menu yang tidak direkomendasikan setelah mempelajari menu dengan baik.

Menurut dia, terkadang tempat makan itu gak percaya diri untuk merekomendasikan makanan lain yang bukan signature-nya. Contohnya, ketika dia ke tempat es krim di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, ia tanya yang populer apa saja.

Namun, akhirnya ia mencicipi dua varian yang gak populer. Kata Kevindra, "Wah ternyata enak banget, justru bisa masuk ke rekomendasi."

ilustrasi nasi uduk (instagram.com/kevindrasoemantri)

Selain menemukan hidden gem, pria yang mengambil studi di Jakarta Culinary Center tersebut menyebutkan beberapa makanan yang berkesan saat dicicipi, meski sudah berulang kali. "Gudeg," katanya. Pasalnya, dulu setiap hari Minggu pagi, ia membeli gudeg di Menteng, Jakarta Pusat, bareng keluarga.

Selain gudeg, ia tak pernah bosan dengan nasi uduk, karena punya nilai sentimental. Sekitar umur 5 atau 7 tahun, di malam yang sama saat meninggalnya almarhum kakek, ibunya terkena demam berdarah. "Di tengah kepanikan itu, almarhum papaku, mengajak makan nasi uduk di tepi jalan," ujarnya.

4. Kiat biar tetap sehat di tengah 'tuntutan' mengulas berbagai makanan

Kevindra Soemantri (instagram.com/kevindrasoemantri)

Beragam makanan telah masuk ke dalam pengalaman rasa dan perut Kevindra. Tentunya, hal ini cukup mengkhawatirkan, apalagi makanan Indonesia banyak mengandung santan yang berkolesterol tinggi. Untuk mengatasi hal ini, ternyata Kevindra menerapkan mindful eating.

"Caranya ya dengan mindful eating. Kalau aku terlalu banyak makan daging, selanjutnya diselingi dengan sayur dan buah. Ini sudah ada jadwalnya sendiri. Pokoknya lebih ke sadar diri aja tentang makanan apa aja yang masuk ke dalam tubuh."

Baca Juga: IWF 2021: Mengenal Asyiknya Food Writing bersama Kevindra Soemantri

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya