Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Sebagian orang masih punya stigma negatif terhadap fast food dan hal tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh mitos yang beredar di masyarakat. Mulai dari mitos soal higienitas, bahan-bahan yang digunakan, hingga dampak konsumsinya. Termasuk salah satunya adalah tujuh mitos di bawah ini yang masih sering di percaya orang.
1. Fast food mengandung zat yang bikin kecanduan
Unsplash.com/Demetrius Washington Bukan rahasia lagi kalau fast food terasa jauh lebih menggoda. Bagaimana tidak, kandungan penyedap rasa, daging berlemak, keju, dan bahan-bahan kaya kalori lainnya kerap jadi bahan utamanya.
Dibanding zat kimia khusus yang punya efek candu, sebenarnya hal-hal itulah yang menyebabkan kita sebagai konsumen ingin makan lagi dan lagi.
2. McD menggunakan daging berpengawet yang tak bisa busuk meski telah dibiarkan bertahun-tahun
McDonald's Kanada membantahnya dan mengatakan hal ini hanyalah mitos belaka. Memang benar daging tersebut bisa bertahan lama, tapi bukan karena bahan kimia. Melainkan patty atau daging hamburger McD diolah menjadi lebih kering untuk menghilangkan kelembabannya.
Selain itu, seluruh bahan makanan yang digunakan telah lulus uji kelayakan dari departemen kesehatan dan BPOM. Artinya produk tersebut, termasuk daging, aman dikonsumsi selama tak berlebihan.
3. KFC menggunakan ayam "buatan"
Unsplash.com/paulo morales Banyak yang bertanya-tanya dari mana datangnya ayam yang diolah KFC. Padahal mereka memiliki banyak sekali cabang dengan penjualan tinggi. Rumor miring pun banyak beredar, termasuk isu ayam-ayam yang disuntik hormon hingga jadi transgenik.
Menanggapi hal tersebut, KFC memastikan restoran mereka menggunakan ayam sehat, normal, dan non-transgenik. Bahkan, Amerika Serikat dan Kanada memilih ayam dari peternakan lokal. Mereka mengatakan ayam mereka harus melewati standar United States Department of Agriculture (USDA) alias departemen pertanian Amerika Serikat.
Baca Juga: 7 Menu Fast Food yang Enak tapi Rendah Kalori, Ada Kesukaanmu?
4. Makanan slow food lebih sehat dari fast food
Unsplash.com/Jay Wennington Apakah makanan yang disajikan di restoran full-service selalu lebih sehat dari gerai fast food? Jawabannya adalah tidak. Dilansir dari listverse.com, sebuah studi dilakukan Drexel University, Amerika Serikat, untuk membandingkan keduanya.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Hasilnya, rata-rata satu sesi makan untuk orang dewasa di restoran terdiri dari hidangan pembuka dan main course memiliki total 1.500 kalori. Jumlah tersebut belum termasuk minum dan hidangan pencuci mulut. Sedangkan, paket Big Mac dengan medium fries dan medium Cola memiliki kalori sebesar 1.090.
5. Salad adalah pilihan paling sehat dalam gerai makanan cepat saji
Unsplash.com/Raphael Nogueira Meski terdiri dari sayuran, hal ini tak membuat salad menjadi makanan sehat begitu saja, jika dibandingkan burger atau kentang goreng. Faktanya, salad yang disajikan di gerai fast food seringkali menggunakan banyak mayones dan keju sebagai dressing-nya.
Beberapa di antaranya juga memiliki topping daging asap dan bahan berlemak lainnya. Hal ini menyebabkan salad tetap mengandung tinggi kalori, gula, sodium, dan lemak jenuh.
6. Fast food tidak sehat karena tidak memiliki nutrisi
Masih banyak orang yang salah mengira dan menganggap fast food sama dengan junk food. Fast food adalah makanan yang proses penyajiannya lebih praktis dan cepat. Misalnya kebab, burger, bahkan nasi pecel.
Sedangkan, junk food adalah makanan yang rendah nutrisi, baik penyajiannya cepat maupun lambat. Contohnya cireng goreng, keripik kentang, makanan ringan kemasan, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, fast food belum tentu junk food yang miskin gizi.
Baca Juga: 13 Bahaya Makan Fast Food, Ini Sebabnya Makanan Ini Disebut Junk Food