TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Food Challenge: Pecandu Kopi Ditantang Berhenti Ngopi, Ini Reaksinya

Kadang bikin deg-degan

chicco.jerikho

Budaya ngopi  masih sangat kental di masyarakat Indonesia. Baik itu kopi hitam tradisional yang biasa dijual di warung, kopi instan sachet, kopi siap minum dalam botol, atau pun buatan cafe.

Kopi dianggap bisa jadi moodbooster  dan "obat" untuk pikiran yang penat. Sebagian besar akhirnya candu dan menjadikan minum kopi sebagai kebutuhan utama. Bahkan banyak yang bilang, "Mendingan gak makan daripada gak ngopi."

Hal ini juga terjadi pada relawan "Food Challenge" kali ini, yakni Ashari Arief. Dia rutin mengkonsumsi kopi sejak masa kuliah, yakni tahun 2011.

1. Mulai kecanduan gara-gara diet kopi 

lifehack.org

Awalnya, Arief minum kopi untuk program penurunan berat badan. Diet kopi yang kala itu santer dilakukan, katanya, ampuh membakar kalori tubuh lebih cepat. Dalam sehari, ia biasanya minum kopi 2-3 cangkir.

Mulanya, kopi yang ia minum beragam. Mulai dari kopi sachet hingga beralih ke kopi asli buatan coffee shop. Semua kopi yang dia konsumsi selalu tanpa gula alias kopi pahit.

Sejak saat itulah, ia mulai terbiasa mengkonsumsi kopi. Gak main-main, yang tadinya cuma minum 2-3 cangkir naik jadi 6-7 cangkir tiap harinya.

"Sampai pernah waktu itu ngopi di tempat langganan dan orangnya gak mau bikinin kopi. Udah kebanyakan katanya, 7 cangkir," kata Arief. "Akhirnya mereka kasih aku bijih kopi buat dicemilin. Enak kok rasanya, kayak kacang." 

Ilmuwan nutrisi dari Universitas Ciputra Surabaya, Matthew Lantz Blaylock, mengataan kopi memang bisa membuat seseorang kecanduan. "Kopi mengandung kafein, zat inilah yang menyebabkan ketagihan," kata dia saat dihubungi IDN Times.

Baca juga: Food Challenge: Begini Reaksi Tubuh ketika Konsumsi Gulamu Berlebih

2.  Apa efeknya kebanyakan kopi?

theodysseyonline.com

Double espresso plus  manual brew V60 jadi jenis kopi favorit Arief, karena kandungan kafeinnya sangat tinggi. Tapi karena sudah biasa, ia mengaku tidak pernah ada masalah dengan lambung atau pencernaannya. 

"Temenku pernah nyoba kopi yang biasa aku pesen, literally  minum cuma satu sendok teh, tapi abis itu dia tremor  dan deg-degan," kata alumni Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta. "Temanku cewek dan memang bukan pecinta kopi sih soalnya."

Arief juga sempat mengalami gejala yang sama saat terlalu banyak minum kopi. Yang paling kentara adalah detak jantung yang jadi tak terkendali. Dehidrasi, rasa cemas, dan susah tidur adalah gejala lain yang mengikuti.

Ketahanan tubuh terhadap kafein tiap orang berbeda-beda. "Kafein di dalam kopi bisa membuat denyut jantung lebih cepat dan meningkatkan risiko untuk masalah jantung. Minum kopi juga bisa bikin mual dan mengganggu pola tidur," kata Matthew.

3. Pas mulai berhenti ngopi, suka uring-uringan

Vision Psychology

Karena bekerja di bidang industri kreatif yang serba sibuk, siklus ngopi pria kelahiran Cirebon, 25 Juni 1993, itu berubah. Yang awalnya setiap hari, kini bisa dua hari sekali. Ditambah lagi, Arief belum menemukan kedai kopi yang cocok dengan seleranya, setelah pindah kerja dari Yogyakarta ke Surabaya.

"Pas gak ngopi itu rasanya ada yang hilang. Terus pikiran jadi sumpek banget, kayak lagi dikejar-kejar sesuatu," katanya. Ia mengaku kopi adalah "bahan bakarnya" sejak kuliah, belum bisa kerja kalau gak ngopi dulu.

Selain itu, perubahan kebiasaan ngopi juga berpengaruh secara emosional. Perasaannya jadi sensitif dan gampang uring-uringan. "Karena buat gue, ngopi bisa bikin rileks. Pas gak ngopi kerasa banget jadi emosian," tutur dia.

4. Apa kopi benar-benar bisa meredakan stres?

Pinterest.com

Kafein adalah stimulan alias perangsang sistem saraf, sama dengan fungsi nikotin dalam rokok. Menurut Matthew, kopi atau rokok sebenarnya tidak serta-merta menyebabkan seseorang jadi lebih tenang. Ada efek fisiologis dan efek psikologis yang mempengaruhi.

"Walaupun efek fisiologis bisa merangsang sistem saraf, tapi secara psikologis minum kopi atau merokok bisa dimaknai seseorang sebagai perilaku yang membuat mereka lebih tenang," ujar Matthew.

5. Saat tubuh terbiasa dengan siklus baru, jadi gak kuat minum kopi kafein tinggi

espressoservice.co.uk

Setelah beberapa bulan, tubuhnya mulai menyesuaikan pola ngopi baru. Hasrat ngopi tiap hari dan tiap saat mulai bisa ditahan. "Tapi gara-gara itu, kalau pesan kopi yang kayak dulu jadi gak kuat. Jantung langsung deg-degan banget," kata pria asli Yogyakarta itu.

Arief menceritakan dirinya siklus ngopinya harus mulai dari awal lagi. Americano dulu, espresso, lalu naik jadi double espresso, dan seterusnya.

Walau pun olahan kopi beragam, tapi Arief biasa minum kopi hitam tanpa gula. Saat mencoba latte dengan campuran gula dan susu, perutnya justru terasa mual hingga diare. "Aku juga heran, gak tahu kenapa kalau minum kopi pake susu dan gula langsung muntah," ujarnya.

Penjelasan yang diberikan Matthew Lantz Blaylock soal ini menyatakan kalau tubuh bisa jadi sudah benar-benar beradaptasi dengan kadar kafein tinggi. Bahayanya, para pecandu bisa merasakan gejala sakau kalau kebutuhan kafeinnya tidak dipenuhi. 

Baca juga: Food Challenge: Benarkah Diet Garam Efektif Turunkan Berat Badan?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya