TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Food Challenge: Benarkah Diet Garam Efektif Turunkan Berat Badan?

Gak papa hambar demi langsing

instagram.com/taniastephanie_

Banyak orang melakukan banyak cara untuk menurunkan berat badan. Bahkan, beberapa orang sanggup melakukan diet ketat yang terasa cukup menyiksa.

Ada beberapa model diet yang populer di Indonesia. Salah satunya diet ketogenik, hingga diet garam, seperti yang dilakukan alumni Universitas Kristen Petra Surabaya, Tania Stephanie.

"Food Challenge" kali ini merupakan cerita tentang Tania yang menjalankan program diet dengan tidak mengonsumsi makanan asin selama 2 minggu.

"Dulu aku sudah pernah mencoba diet gm dan keto. Nah, karena aku suka sekali makanan asin, jadi aku ingin mencoba program baru, yakni diet garam," kata Tania kepada IDN Times, 27 Desember 2017. 

Nah, apakah di antara kamu juga sedang menjalankan program diet tersebut? Yuk, disimak bagaimana pengalaman Tania menjalankan program diet tersebut.

1. Makan tanpa garam berdampak mengurangi nafsu makan

instagram.com/taniastephanie_

Tidak ada garam dalam makanan tentu akan membuat makanan terasa kurang bumbu. Itulah yang dirasakan Tania sehingga membuatnya kehilangan nafsu makan. Tentu saja hal ini berpengaruh terhadap asupan makanan yang dikonsumsinya setiap harinya.

Menurut pakar gizi, Ali Khomsan, hal ini merupakan efek tidak langsung secara psikologis. Ketika orang makan tidak menggunakan garam, rasanya akan terasa tidak enak dan mengurangi asupan kalori.

Baca juga: Food Challenge: Puasa Nasi Selama Dua Pekan, Apa yang Terjadi?

2. Diet garam sukses membuatnya turun berat badan selama dua minggu

taste.com.au

Meski porsi makannya berkurang, Tania masih mengimbanginya dengan makanan bergizi seimbang.  "Aku kan ikut katering, jadi makanannya sudah mereka siapkan. Selain itu, aku juga disarankan untuk minum air mineral sebanyak tiga liter setiap hari," kata Tania.

Wanita 25 tahun ini juga aktif berolahraga zumba dua kali seminggu, dengan porsi latihan satu jam setiap sesinya. Alhasil, dia sukses menurunkan berat badannya sekitar 3,5 kilogram dalam dua minggu.

Menurut Ali, garam tak secara langsung bisa menurunkan berat badan. Hal ini hanya efek samping sesesorang menurunkan asupan kalorinya. "Makan tanpa garam itu gak enak," ujar Ali saat dihubungi IDN Times.

Ilmuwan nutrisi dari Universitas Ciputra Surabaya Matthew Lantz Blaylock menambahkan, garam tidak mengandung kalori sama sekali. Sehingga tidak mempengaruhi berat badan seseorang. Garam dapat membuat seseorang menahan air di dalam tubuh untuk sementara waktu.

3. Beberapa indra bermasalah setelah "puasa" garam

thinkpynk.com

Tiga hari pertama setelah tidak makan garam selama dua minggu, Tania merasa sangat keasinan. Bahkan, Tania merasakan bibirnya terasa kering seperti sudah makan banyak makanan asin.

Matthew berpendapat hal ini tergantung pada kebiasaan seseorang dalam pola kehidupannya sehari-hari. "Semua kembali kepada kebiasaan seseorang, badan kita bisa beradaptasi pada hampir semua tantangan," tuturnya.

4. Mitos atau fakta, garam mengakibatkan seseorang terkena stroke?

taste.com.au

Banyak pendapat yang mengatakan garam bisa mengakibatkan stroke. Namun, itu bukanlah semata-mata kesalahan dari mengonsumsi banyak garam.

Ali menjelaskan garam memang sering dikaitkan dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Ketika orang terkena darah tinggi dan kebetulan pembuluh darahnya ada yang tersumbat, tekanan darah itu akan mampet. Kemudian, pembuluh darah akan pecah.

"Kondisi ini baru bisa menimbulkan stroke, hipertensi faktor risiko menimbukan stroke," katanya.

Jadi semuanya tergantung dengan gaya hidup seseorang. Jika orang tersebut hipertensi dan perokok, maka baiknya mereka berhenti merokok. Kalau orang tersebut hipertensi dan suka makan asin, sebaiknya mengurangi konsumsi garam.

Baca juga: Food Challenge: Puasa Sambal Sepekan Malah Sakit, Kok Bisa Ya?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya