Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kentang yang sudah bertunas.
Kentang yang sudah bertunas. (commons.wikimedia.org/EugeneZelenko)

Intinya sih...

  • Kandungan solanin pada kentang

  • Klorofil menandakan keberadaan racun

  • Berbahaya bagi ibu hamil

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kentang (Solanum tuberosum) adalah salah satu bahan pangan pokok yang biasanya menjadi alternatif pengganti nasi sebagai sumber kabohidrat. Kandungan gizi yang tinggi meliputi, karbohidrat kompleks, vitamin C, kalium, serta serat yang baik untuk tubuh membuat kentang menjadi bahan pangan favorit di seluruh dunia. Tak hanya dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok seperti mashed potato, kentang dapat dikreasikan menjadi berbagai jenis makanan mulai dari lauk seperti perkedel sampai cemilan seperti kentang goreng yang gurih dan lembut.

Beberapa orang menganggap kentang sebagai bintang yang harus ada di dapur karena kandungan gizinya yang banyak dan dapat dimasak menjadi jenis makanan apapun. Namun, pernahkah kamu menemukan kentang di dapurmu yang mulai bertunas atau berubah warna kehijauan? Beberapa orang mungkin akan langsung membuangnya karena percaya kentang dengan ciri-ciri tersebut mengandung racun yang berbahaya jika dikonsumsi. Apakah anggapan tersebut benar secara ilmiah, atau sekadar mitos belaka? Yuk, simak fakta-fakta penting tentang kentang bertunas yang wajib kamu ketahui!

1. Kandungan solanin pada kentang

kentang bertunas (commons.wikimedia.org/ZooFari)

Tanaman kentang memproduksi glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi sebagai bagian dari sistem pertahanan terhadap serangga, jamur, dan hama. Pada kentang yang sudah tumbuh tunas, kadar glikoalkaloid terutama solanin dan chaconine akan meningkat. Solanin dan chaconine telah dikenal sebagai senyawa kimia alami yang bersifat toksik (beracun) yang berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Kandungan solanin apabila dikonsumsi secara berlebih bisa menyebabkan gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, gangguan sistem saraf dan parahnya berujung pada kematian.

Dilansir Journal of Experimental and Basic Medical Sciences, kentang yang menunjukkan tanda-tanda menghijau, bertunas, membusuk, atau mengalami kerusakan fisik tidak boleh dikonsumsi karena mungkin mengandung kadar solanin yang tinggi. Adanya perubahan warna kehijauan di bawah kulit kentang menunjukkan konsentrasi solanin. Dalam kasus seperti itu, kentang tidak boleh dimakan karena kadarnya yang tinggi juga dapat terdapat di bagian lain kentang.

2. Klorofil menandakan keberadaan racun

Solanum tuberosum dengan bercak hijau (commons.wikimedia.org/Rollcloud)

Ketika kentang terkena cahaya matahari, kentang akan menghasilkan klorofil yang merupakan pigmen warna hijau. Adanya klorofil membuat kentang yang mulanya berkulit terang dapat berubah dari kuning atau cokelat muda menjadi hijau. Klorofil juga memungkinkan tumbuhan untuk mendapatkan energi dari matahari melalui fotosintesis dan mengubah menjadi karbohidrat dan oksigen dengan bantuan sinar matahari, air, dan karbon dioksida.

Klorofil sendiri sama sekali tidak berbahaya, tetapi pada beberapa kasus dapat digunakan sebagai penanda keberadaan racun dalam tanaman, salah satunya yang ada pada kentang. Dilansir Healthline, adanya warna hijau pada kentang dapat menandakan produksi senyawa solanin. Hal tersebut karena perubahan warna yang terjadi biasanya sering disertai dengan peningkatan kadar solanin pada kentang.

3. Berbahaya bagi ibu hamil

kentang bertunas (commons.wikimedia.org/Adityamadhav83)

Kentang bertunas apabila dikonsumsi oleh wanita dalam masa kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat lahir dan masalah pada perkembangan janin. Beberapa kondisi kentang yang sebaiknya dihindari oleh ibu hamil adalah ketika pada kentang muncul bintik-bintik hijau. Kondisi tersebut membuat kentang yang kaya akan gizi menjadi beracun jika dikonsumsi. Selain itu, dilansir Vinmec International Hospital, kentang yang belum matang juga dapat menyebabkan cacat lahir seperti spina bifida atau malformasi otak.

4. Tidak semua kentang bertunas berbahaya

setumpuk kentang (unsplash.com/Doğan Alpaslan DEMİR)

Kentang tidak selalu membutuhkan tanah untuk tumbuh seperti tanaman lain, tetapi mereka membutuhkan kegelapan dan kelembapan supaya umbinya dapat menumbuhkan tunas baru. Oleh sebab itu, tak perlu heran jika tiba-tiba kentang di dapurmu tumbuh mata tunas karena tidak segera kamu olah dan tidak tersimpan dengan benar. Tak perlu khawatir, tidak semua tunas yang muncul pada kentang itu berbahaya.

Apabila hanya muncul mata tunas kecil, maka kamu hanya perlu menghilangkan mata tunas tersebut dengan mencungkilnya menggunakan ujung tajam pisau sampai bersih. Akan lebih baik, jika membersihkan kentang dengan bantuan air mengalir sehingga dapat mengurangi potensi bahaya paparan dari senyawa toksik yang ada pada kentang.  Namun, apabila tunas pada kentang yang kamu jumpai sudah panjang dan berkembang dengan baik, sebaiknya kentang tersebut dibuang saja.

5. Cara mencegah kentang bertunas

penyimpanan kentang (unsplash.com/Phil Hearing)

Meskipun kentang kaya akan nutrisi dan gizi yang baik untuk tubuh. Akan tetapi dalam kasus kentang bertunas, nutrisi yang disimpan akan dimanfaatkan kentang untuk menyediakan energi yang dibutuhkan guna pertumbuhan tunas baru. Proses ini yang menyebabkan penurunan kandungan karbohidrat dan vitamin C pada umbi, yang secara umum mengurangi nilai gizinya.

Nah, ada baiknya untuk menghindari kentang supaya tidak bertunas, pastikan untuk menyimpan stok kentang di rumahmu dengan benar, ya! Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan toksisitas glikoalkaloid pada kentang, yaitu belilah kentang hanya saat kamu membutuhkannya. Ketika menyimpan kentang, simpan di tempat yang sejuk dan kering dalam wadah yang berongga supaya udara tetap dapat bersirkulasi di sekitarnya. Jangan simpan kentang dalam wadah tertutup rapat dan jangan simpan bersama bawang bombai karena gas yang dikeluarkan bawang bombai dapat mempercepat perkecambahan kentang.

Tak disangka, dibalik banyaknya manfaat yang dimiliki kentang, ternyata ia menyimpan potensi bahaya, terutama ketika mulai bertunas. Proses bertunas ini dapat memicu peningkatan senyawa beracun seperti solanin yang bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menganggu pencernaan hingga menyebabkan keracunan yang serius, lho. Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati sebelum memakan sesuatu, pastikan juga untuk menyimpan kentang di tempat yang tepat dan dengan cara yang benar, ya!

Referensi:

  • Journal of Evidence-Based Medicine and Surgery. (t.t.). Green potatoes and their potential toxicity. Diakses Agustus 2025.

  • Healthline. (2023). Are green potatoes safe to eat? Diakses Agustus 2025.

  • Vinmec. (t.t.). Can pregnant women eat potatoes? Diakses Agustus 2025.

  • Poison Control. (2022). Are green potatoes safe to eat? Diakses Agustus 2025.

  • Southern Living. (2024). Can you eat sprouted potatoes? Diakses Agustus 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team