Potret pasar tradisional Dongmun di kota Jeju (commons.wikimedia.org/Abasaa日本語: あばさー)
Saat berkunjung ke Korea, terutama ke daerah seperti Ulleungdo atau Jeju, kamu bisa menemukan hobak yeot dalam berbagai bentuk dan kemasan menarik. Permen ini sering dijadikan oleh-oleh karena rasanya yang unik dan maknanya yang mendalam. Di Korea, memberikan yeot sering diartikan sebagai doa untuk kesuksesan—terutama bagi siswa yang akan menghadapi ujian. Rasa manisnya melambangkan harapan baik, sedangkan teksturnya yang lengket dipercaya membawa keberuntungan dan kemelekatan pada ilmu. Selain itu, yeot juga dipercaya sebagai jimat keberuntungan dan biasa digunakan sebagai simbol harapan baik dalam upacara pernikahan tradisional.
Namun, perlu diketahui juga bahwa dalam bahasa Korea, ungkapan “makan yeot” bisa memiliki konotasi negatif dalam konteks informal atau marah. Frasa ini kadang digunakan untuk menyindir, memaki atau untuk mengekspresikan kekecewaan. Meski begitu, makna simbolis yeot sebagai pemberi keberuntungan tetap lebih dominan dalam konteks budaya dan tradisi.
Hobak yeot bukan hanya permen biasa, ia adalah warisan budaya yang mengandung rasa, tradisi, dan cerita. Dari dapur nenek moyang hingga pasar oleh-oleh modern, kehadiran permen labu Korea ini terus melintasi zaman dan menyatukan generasi. Jadi, kalau kamu melihat permen putih mungil ini di layar drama atau toko oleh-oleh Korea, ingatlah bahwa di balik rasa manisnya, tersimpan nilai sejarah dan kasih sayang yang dalam.