Meramal Usia Kopi Susu Kekinian: Hanya Tren atau Panjang Umur Betulan?

Sebelum hadir minuman yang sekarang disebut sebagai kopi susu kekinian atau kopi susu gaul ini, orang Indonesia sudah sangat akrab dengannya. Warung-warung kecil biasanya hanya punya dua menu: kopi pahit dan kopi susu sebagai variasi.
Sesuai namanya, kopi susu terdiri dari seduhan kopi tubruk yang dicampur susu kental manis (SKM). "Adegan buang-buang ampas kopi" yang ikut kesruput di sela mulut jadi seni minum kopi susu ini.
Tapi, kini orang-orang sudah awam dengan bentuk kopi susu yang baru. Gak lagi menyeduh kopi tubruk, melainkan espresso shot dengan campuran susu UHT menggantikan SKM. Tak ketinggalan tambahan gula aren, brown sugar, maupun sirup rasa-rasa.
Dikemas cantik dalam gelas plastik, kopi susu kekinian gak cuma memanjakan lidah dengan rasa, tapi juga rupa. Meski kopi susu ini berbeda dengan akarnya, toh secara hakikat minuman kekinian ini tetaplah olahan susu dan kopi.
Hanya saja, melihat kopi susu kekinian akhirnya tumbuh menjadi sangat masif dan digandrungi jadi topik menarik untuk dikulik. Sebenarnya apa yang menyebabkan minat masyarakat terhadap kopi susu kekinian begitu tinggi?
Karena itulah, IDN Times membuat survei sederhana untuk menggali pandangan dan perilaku konsumen terhadap minuman hits ini. Survei melibatkan 386 responden di enam kota besar di Jawa-Bali dengan rentang usia <18 tahun hingga >28 tahun.
Beberapa hal unik kami temui selama prosesnya yang bisa menjadi sudut pandang baru terhadap kopi susu kekinian. Simak ulasannya di bawah ini ya!
1. Tren kopi yang meledak akibat dipromosikan Presiden Jokowi
Kedai Kopi Tuku yang disebut-sebut sebagai pionir kopi susu kekinian pertama berdiri pada tahun 2015 di Cipete, Jakarta Selatan. Namun, namanya mencuat pesat sejak orang nomor wahid di Indonesia, Presiden Joko Widodo, menyambanginya pada tahun 2017.
Mungkin sejak saat itu, satu per satu nama merek es kopi susu bermunculan, entah berupa kedai atau pun sepetak booth. Tak terpusat di Jakarta saja, penyebarannya sudah merambah ke penjuru Nusantara.
Belum jelas ada berapa total jumlahnya, yang jelas kedai-kedai baru terus bermunculan. Variasi-variasi menunya pun tak henti dikembangkan.