ilustrasi sakit punggung (freepik.com/mdjaff)
Secara umum, osteopenia disebabkan oleh dua hal utama. Pertama, kurangnya puncak kepadatan tulang di usia 20-an, dan kedua, kehilangan kepadatan di usia setelahnya. Nah, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya osteopenia, berikut di antaranya:
- Faktor genetik
- Riwayat penyakit celiac
- Kekurangan vitamin D dan kalsium
- Indeks massa tubuh di bawah 18,5
- Merokok
- Konsumsi minuman beralkohol berlebihan
- Kurangnya aktivitas fisik.
Sementara itu, penyebab osteoporosis tidak bisa ditentukan secara pasti. Ini karena masalah tersebut cenderung berkembang seiring bertambahnya usia. Seperti osteopenia, ada beberapa faktor risiko yang mendasari terjadinya osteoporosis, yaitu:
- Usia lanjut
- Riwayat osteoporosis dalam keluarga
- Kurangnya vitamin D, kalsium, dan protein
- Merokok
- Konsumsi minuman beralkohol berlebihan
- Perempuan lebih rentan karena kalsium berkurang saat hamil
- Orang dengan tubuh kecil
- Ada riwayat penyakit tertentu, seperti endokrin, radang sendi, kanker, HIV/AIDS, hingga masalah pencernaan.
Dari perbedaan-perbedaan antara osteopenia dan osteoporosis di atas, dapat disimpulkan bahwa osteopenia adalah kondisi penurunan kepadatan tulang yang lebih ringan daripada osteoporosis. Namun, orang yang mengalami osteopenia berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan osteoporosis jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik.
Selagi masih muda, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah masalah kepadatan tulang ini. Di antaranya dengan menjaga asupan kalsium dan vitamin D, sering berolahraga, dan menjaga pola hidup yang sehat.
Referensi
Medical News Today. "Osteopenia vs. Osteoporosis: Treatment". Diakses pada Oktober 2024.
WebMD. "Osteopenia: Early Signs of Bone Loss". Diakses pada Oktober 2024.
Healthline. "Osteopenia vs. Osteoporosis: What’s the Difference?". Diakses pada Oktober 2024.