ilustrasi perempuan yang mengalami PTSD (pexels.com/Kat Jayne)
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), panduan otoritatif untuk mendiagnosis gangguan mental yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association menyatakan, untuk mendiagnosis seseorang terkena gangguan stres pasca trauma (post-traumatic stress disorder) atau PTSD, harus ada potensi cedera, ancaman bagi kehidupan, atau kekerasan seksual. Namun, semakin banyak penelitian yang menunjukkan, tidak diperlukan peristiwa mengancam jiwa untuk seseorang dapat mengalami PTSD.
Merangkum keterangan dari artikel Love is War: Post Infidelity Stress Disorder, mendapati perselingkuhan pasangan membuat kekacauan emosi juga fisik. Trauma pada pasangan yang menjadi korban perselingkuhan ini disebut dengan post-infidelity stress disorder atau PISD. Meskipun perselingkuhan bukan hal yang mengancam jiwa, faktanya, mereka yang mengalami perselingkuhan menunjukkan gejala serupa dengan PTSD yang dialami oleh para veteran perang maupun penyintas kecelakaan mobil.
Gejala khas dari PTSD di antaranya:
- Kilas balik (flashback) kejadian menyakitkan tersebut
- Merasa takut dan tidak percaya orang lain
- Kesulitan tidur hingga mimpi buruk
- Menolak atau menghindari pembicaraan terkait kejadian tersebut
- Mati rasa secara emosional
- Merasa putus asa dan diliputi pikiran negatif tentang diri sendiri
Permasalahan pasangan akibat perselingkuhan yang kemudian berlanjut pada perceraian, juga membawa dampak buruk terhadap anak-anak mereka.
Stephen Joseph Ph.D., seorang profesor psikologi di University of Nottingham Inggris menuliskan dalam artikelnya yang berjudul Trauma of Divorce and Its Effect on Children, hasil survei yang dilakukannya terhadap lebih dari 400 anak muda. Anak-anak tersebut diminta untuk menjawab pertanyaan seputar peristiwa yang menjengkelkan bagi mereka.
Selain peristiwa yang mengancam jiwa, rupanya perpisahan orangtua menjadi salah satu peristiwa yang disebutkan oleh anak-anak ini. Hasilnya, 29 persen anak laki-laki dan 39 persen anak perempuan yang melaporkan perceraian orangtuanya mengalami PTSD berat karena orangtua mereka bercerai.