Dilansir dari prevention.com, reaksi alergi diatur oleh sistem kekebalan tubuh. Karenanya, reaksinya akan mirip, tak peduli alergi apa yang kamu idap. Sistem kekebalan tubuh mengontrol berbagai protein darah yang disebut antibodi. Gunanya adalah mengidentifikasi bakteri dan virus dalam tubuh.
Menurut Bruce Lanser, ahli alergi makanan dari National Jewish Health, Denver, ketika seseorang memiliki alergi makanan, tubuhnya secara keliru akan mengidentifikasi protein makanan tertentu sebagai ancaman. Adapun, antibodi immunoglobin E (IgE) akan menyerang protein tersebut. Karena itu, kamu akan merasakan gejala-gejala, seperti gatal-gatal, bengkak, susah bernapas, bersin, atau sulit menelan.
Sementara itu, jika intoleransi dan sensitif terhadap makanan, kamu tak memiliki respons dari sistem kekebalan tubuh yang sama. Adapun, sebagai gantinya kamu akan merasakan diare, sembelit, perut kembung, dan bergas. Intoleransi terhadap makanan berarti seseorang kekurangan enzim untuk memecah bagian makanan.
Salah satu contohnya, saat seseorang intoleransi terhadap laktosa disebabkan karena kekurangan enzim laktase, yang berguna untuk memecah gula laktosa dalam susu. Sementara, sensitivitas makanan belum bisa teridentifikasi, namun biasanya hanya nyeri perut ringan dan sakit perut saat mengonsumsi makanan tertentu.