Tema World Alzheimer's Report 2022 adalah Life after diagnosis: Navigating treatment, care, and support. Dari 55 juta ODD di dunia saat ini, sebanyak 85 persen menyebutkan bahwa mereka tak menerima perawatan pasca-diagnosis. Dengan prakiraan jumlah ODD mencapai 139 juta pada 2050, ini adalah kondisi darurat untuk populasi dunia.
Di negara berpendapatan rendah, sebanyak 45 persen pasien Alzheimer tidak ditawarkan dukungan, berbeda dari negara berpendapatan tinggi di 37 persen. Menurut kisah dari para perawat ODD, sebanyak 62 persen pasien Alzheimer di negara berpendapatan rendah tak ditawarkan dukungan pasca-diagnosis.
Selain itu, sebanyak 64 persen responden yang terdiagnosis demensia menjawab bahwa mereka tak memiliki rencana perawatan personal. Rencana ini memaparkan program perawatan seiring perkembangan kondisi demensia dan Alzheimer.
"Mengapa ketika orang menerima diagnosis demensia, mereka sering tidak ditawari pengobatan atau perawatan? Berulang kali, mereka hanya diminta untuk bersiap-siap untuk menyongsong akhir hidupnya,” kata CEO ADI, Paola Barbarino.
ilustrasi demensia (pexels.com/Kindel Media)
Dalam laporan tersebut, ADI mencatat bahwa 75 persen ODD di seluruh dunia tidak mendapatkan diagnosis yang layak. Angka tersebut bisa naik hingga 90 persen di negara berpendapatan menengah ke bawah.
Masalah diagnosis ini makin memberatkan dilema pasca-diagnosis. Hal ini makin nyata terutama jika sistem yang seharusnya mendukung ODD justru membingungkan, tidak memadai, atau bahkan tidak tersedia di negara-negara tempat tinggal ODD.
“Oleh karena itu, peningkatan tingkat diagnosis dan perawatan pasca-diagnosis demensia harus diakui sebagai hak asasi manusia,” Paola menekankan.
Jadi apa yang harus dilakukan? ADI mencatat bahwa perawatan, pengobatan, dan dukungan pasca-diagnosis demensia berarti intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup ODD. Ini berarti:
- Perawatan farmakologis dan non-farmakologis.
- Akses ke perawatan kesehatan.
- Dukungan aktivitas sehari-hari.
- Akses ke perawatan kesehatan.
- Dukungan untuk kehidupan sehari-hari.
- Adaptasi di rumah.
- Inklusi sosial.
- Kesempatan untuk rehat secara optimal.