Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi berada di tempat tinggi (pexels.com/Nina Uhlíková)
ilustrasi berada di tempat tinggi (pexels.com/Nina Uhlíková)

Intinya sih...

  • Akrofobia adalah ketakutan intens terhadap ketinggian yang dapat memengaruhi pikiran, emosi, dan reaksi tubuh.

  • Akrofobia termasuk salah satu jenis fobia yang paling umum.

  • Bahaya terbesar dari akrofobia dan banyak fobia lainnya adalah risiko membatasi hidup dan aktivitas.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu sedang berdiri di tepi sebuah balkon tinggi, angin berembus pelan, tetapi tanganmu mulai berkeringat. Jantung berdegup kencang, kaki terasa lemas, dan napas mulai tersengal. Padahal kamu cuma berdiri diam.

Bagi sebagian orang, ini hanyalah momen biasa menikmati pemandangan dari ketinggian. Namun, bagi mereka yang hidup dengan acrophobia atau akrofobia, ketinggian bukanlah panorama indah, melainkan ancaman yang memicu rasa cemas luar biasa, bahkan kepanikan.

Akrofobia adalah ketakutan intens terhadap ketinggian yang dapat memengaruhi pikiran, emosi, dan reaksi tubuh. Ini termasuk salah satu jenis fobia yang paling umum. Tidak hanya berada di tempat tinggi, bahkan membayangkan, menonton video, atau melihat foto dari sudut pandang tinggi saja bisa memicu reaksi ketakutan yang nyata.

Akibatnya, aktivitas sehari-hari pun bisa terganggu, mulai dari menghindari lift kaca, enggan menginjakkan kaki ke gedung bertingkat, hingga menolak undangan untuk hiking di pegunungan.

Di bawa ini, kamu akan menelusuri lebih dalam tentang gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan akrofobia agar kamu bisa memahami bagaimana fobia ini bekerja dan bagaimana cara menghadapinya.

1. Gejala

Gejala utama akrofobia adalah rasa cemas dan takut yang ekstrem saat berada di ketinggian. Beberapa orang dengan fobia ini takut akan ketinggian yang signifikan, sementara yang lain juga merasa takut pada ketinggian yang relatif pendek.

Gejala psikologis

  • Merasa sangat takut dan cemas saat berada di tempat yang tinggi. Kadang juga merasa cemas dan takut hanya dengan memikirkannya.

  • Takut terjadi hal negatif di tempat yang tinggi, seperti jatuh atau terjebak.

  • Memiliki keinginan yang kuat untuk melarikan diri saat berada di tempat yang tinggi.

Gejala fisik

  • Detak jantung menjadi lebih cepat saat memikirkan atau melihat tempat yang tinggi.

  • Merasa pusing saat membayangkan atau melihat ketinggian.

  • Mual.

  • Gemetaran.

  • Sesak napas.

2. Penyebab

Terkadang, seseorang mengembangkan akrofobia karena memiliki pengalaman traumatis yang melibatkan ketinggian, seperti:

  • Jatuh dari tempat tinggi.

  • Melihat orang jatuh dari tempat tinggi.

  • Panik atau memiliki pengalaman negatif lainnya saat berada di tempat tinggi.

Akan tetapi, akrofobia juga bisa berkembang tanpa penyebab yang jelas. Genetika atau faktor lingkungan dipercaya mungkin berperan dalam hal ini.

Teori navigasi berevolusi

Teori ini menjelaskan bahwa proses manusia tertentu, seperti persepsi ketinggian, beradaptasi lewat seleksi alam. Memandang sesuatu lebih tinggi dari yang sebenarnya dapat mengurangi risiko jatuh yang berbahaya, yang meningkatkan kemungkinan individu untuk tetap hidup.

3. Diagnosis

ilustrasi terjatuh (pixabay.com/doctor-a)

Akrofobia didiagnosis melalui pertanyaan yang detail tentang riwayat, pengalaman, dan gejala yang dimiliki. Untuk didiagnosis dengan akrofobia, umumnya kamu harus mengalami ketakutan dan kecemasan terhadap ketinggian selama setidaknya enam bulan terus-menerus.

Secara umum, ada empat kriteria untuk mendiagnosis fobia, yang mencakup:

  • Rasa takut yang ekstrem dan tidak masuk akal.

  • Kecemasan antisipatif. Orang yang memiliki fobia takut memikirkan situasi masa depan yang akan melibatkan objek atau situasi yang mereka takuti.

  • Penghindaran. Orang yang memiliki fobia cenderung menghindari objek atau situasi yang ditakuti.

  • Mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk didiagnosis sebagai fobia, ketakutan yang dirasakan harus menyebabkan terganggunya kehidupan sehari-hari.

4. Pengobatan

Fobia tidak selalu harus diobati. Menghindari objek yang ditakuti sudah cukup membantu bagi banyak pemilik fobia. Namun, bagi individu yang ingin mengatasinya, beberapa perawatan dapat membantu. Perawatan tersebut meliputi:

  • Terapi paparan atau eksposur: Melibatkan mengekspos diri pasien secara perlahan pada apa yang di takuti.

  • Terapi perilaku kognitif: Kamu akan bekerja dengan terapis untuk menantang dan membingkai ulang pemikiran negatif tentang apa yang ditakuti.

  • Pengobatan: Beberapa obat dapat membantu mengatasi gejala panik dan kecemasan, seperti beta-blocker, benzodiazepin, dan D-sikloserin .

  • Virtual reality: Pengalaman virtual reality dapat memberikan paparan terhadap objek fobia dalam pengaturan yang aman.

5. Risiko

Bahaya terbesar dari akrofobia dan banyak fobia lainnya adalah risiko membatasi hidup dan aktivitas. Kepanikan yang ditimbulkan akibat akrofobia dapat membuat individu melakukan tindakan yang tidak aman.

Sangat penting bagi orang dengan akrofobia agar kondisinya ditangani secepat mungkin. Ini utamanya jika ketinggian adalah bagian rutin dari hidup, misalnya jika kamu bekerja di lantai atas.

Akrofobia merupakan salah satu fobia yang paling umum. Jika kamu mendapati dirimu cenderung menghindari ketinggian atau menghabiskan banyak waktu untuk mengkhawatirkan cara menghindarinya, mungkin ada baiknya menghubungi terapis. Bekerja sama dengan terapis memungkinkan kamu mengatasi rasa takut agar tidak memengaruhi kualitas hidup.

Referensi

"Acrophobia (Fear of Heights)." Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2025.

"Understanding Acrophobia, or Fear of Heights." Healthline. Diakses Agustus 2025.

Editorial Team