ilustrasi trombosis di otak (emra.org)
Pada studi di Texas tersebut (lihat poin nomor 2), para peneliti juga mengutip dua laporan: "Potential neurological symptoms of COVID-19" (28 Maret 2020, Tiongkok) dan "Large-Vessel Stroke as a Presenting Feature of Covid-19 in the Young" (28 April 2020, AS).
Pada penelitian dari Tiongkok, peneliti menemukan bahwa selain gejala pernapasan, 36,4 persen pasien COVID-19 juga menunjukkan gejala gangguan neurologis. Sementara itu, penelitian dari AS mengungkap lima kasus stroke iskemik mendadak yang terjadi pada pasien berusia 30-40 tahun. Namun, apakah peran rokok di sini?
ilustrasi berhenti merokok (pixabay.com/Myriam Zilles)
Rokok "menyita" oksigen yang seharusnya memberikan dampak positif bagi tubuh, termasuk mencegah trombosis. Para peneliti dari Texas Tech University Health Sciences Center, AS, tersebut menjelaskan bahwa itulah yang menjadi faktor utama terjadinya trombosis, terutama pada otak.
Lalu, bagaimana nasib perokok yang menderita COVID-19? Selain melemahkan SDO dan meningkatkan jumlah reseptor ACE2 (enzim yang dimanfaatkan SARS-CoV-2 untuk bermutasi dalam tubuh), para peneliti juga mengutip bahwa merokok melemahkan kinerja reseptor trombomodulin yang mencegah trombosis.
Gimana, masih mau lanjut merokok?