unsplash.com/Ahmad Gunnaivi
Sebuah studi dalam European Heart Journal: Acute Cardiovascular Care yang melibatkan 313 pasien serangan jantung menemukan bahwa serangan jantung 8,5 kali lebih mungkin terjadi dua jam setelah serangan kemarahan yang intens. Sebagai gambaran, kemarahan yang memicu serangan jantung adalah kemarahan yang sudah tidak terkendali, sudah mengepalkan tangan siap meninju, melempar benda-benda, dan mungkin telah melukai diri sendiri atau orang lain.
Mengenai penyebab ledakan amarah ini, para peneliti mencatat bahwa sebanyak 42 persen berasal dari pertengkaran, paling sering dengan anggota keluarga. Kemudian, kemarahan dari pekerjaan atau mengemudi setara dengan 14 persen. Selain itu, dari mereka yang mengalami serangan jantung akibat amarah, mereka semua memiliki setidaknya satu faktor risiko kronis seperti diabetes atau merokok, dan pernah mengalami serangan jantung setidaknya sekali sebelumnya.
Karenanya, peneliti menyarankan agar orang yang merokok, memiliki tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi menyusun strategi untuk mengendalikan emosi mereka.