Kamu mungkin pernah mendengar cerita bayi yang mendapatkan air susu ibu (ASI) dari kerabat atau tetangga, bukan dari ibu kandungnya. Fenomena ini, yang dikenal sebagai donor ASI, sering dianggap sebagai solusi untuk membantu bayi yang membutuhkan ASI. Namun, apakah ini aman dan sesuai dengan panduan medis?
Dokter spesialis anak RSIA Bunda Jakarta, dr. I.G.A.N. Partiwi, SpA, MARS atau yang akrab disapa dr. Tiwi, menyatakan bahwa ini adalah praktik yang tidak disarankan.
Sebelum melakukan donor ASI, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjamin kesehatan bayi. Pendonor ASI harusnya sudah melalui pemeriksaan kesehatan yang komprehensif, sebagaimana standar yang berlaku pada bank ASI resmi.
Oleh karena itu, bayi yang mendapatkan ASI dari tetangga atau kerabat tanpa skrining kesehatan terlebih dahulu sangat tidak disarankan.
"Untuk ASI donor, yang kita harus skrining itu HIV, hepatitis B, dan hepatitis C. Biasanya tiga itu, kemudian ada interview untuk memastikan tidak adanya penyakit sifilis," ucap dr. Tiwi saat ditanyai pada Rabu (20/11/2024).
Dokter Tiwi mengibaratkan donor ASI sama seperti donor darah. ASI bisa menjadi media penularan beberapa penyakit, termasuk infeksi yang serius.
"Jadi, mau siapa pun itu, baik itu tetangga, kakak-adik, kerabat, saudara, itu tidak disarankan ya" tutup dr. Tiwi.