ilustrasi olahraga kala pandemik (sharp.com)
Tidak ada larangan untuk penyintas COVID-19 untuk memulai atau kembali berolahraga, karena pada dasarnya olahraga itu bisa membantu pemulihan.
“Silakan saja, bahkan bila langsung (olahraga) sehabis didiagnosis sembuh. Hanya saja kamu perlu tahu kondisi tubuhmu sendiri. Jangan memaksakan diri,” kata dr. Decsa.
Ada beberapa cara untuk mengenali tubuh kuat dalam menjalankan olahraga atau tidak.
“Gunakan smartwatch untuk cek tingkat detak jantung. Kalau tidak punya, kamu bisa menghitungnya sendiri lewat denyut nadi yang ada di pergelangan. Rumusnya 220 denyut nadi dikurangi umurmu. Hitungan ini untuk per menit. Jadi kalau kamu berumur 30 tahun, detak jantungmu tidak boleh lebih dari 190 denyutan.”
Indikasi lain kalau kamu belum siap melakukan olahraga akibat long COVID adalah kamu sudah kesusahan untuk berbicara.
“Sebenarnya dalam melakukan olahraga, porsi berat tidak bisa langsung diberlakukan. Harus dari yang ringan dulu. Kalau kuat, baru berlanjut ke porsi sedang dan akhirnya ke berat. Kurang lebih satu minggu durasi mencobanya.”
Terlepas dari fenomena long COVID yang memang nyata, dr. Decsa berpesan untuk selalu menjaga kesehatan. Angka penularan yang sekarang tercacat menurun jangan sampai membuatmu lengah, karena kalau lalai sedikit saja lonjakan kasus bisa kembali terjadi.
“Jalankan tiga sistem ini: protokol kesehatan, vaksinasi, dan pola hidup sehat. Satu saja tidak terlaksana, kamu bisa berisiko terinfeksi COVID-19. Apalagi saat ini ada varian baru,” kata dr. Decsa menutup perbincangan.