TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bagaimana Cara Nyamuk Wolbachia Mencegah Penularan Demam Berdarah?

Teknologi Wolbachia telah diterapkan di banyak negara

ilustrasi nyamuk (pexels.com/ Pixabay)

Yogyakarta menjadi kota pertama yang mengimplementasikan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dalam mengendalikan kasus demam berdarah di Indonesia. Jumlah kasus demam berdarah di kota Yogyakarta masih sangat tinggi mencapai lebih dari 1700 kasus pada tahun 2016.

Sementara pada tahun 2023 sampai pada minggu lalu sebanyak 67 kasus, menurut dr. Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Rabu (22/11/2023), dikutip laman Universitas Gadjah Mada. Angka tersebut menjadi yang terendah sepanjang sejarah di Kota Yogyakarta. 

Meski penggunaan nyamuk ber-Wolbachia telah menunjukkan keberhasilan dalam menurunkan demam berdarah, teknologi Wolbachia masih menuai pro kontra. Lantas bagaimana cara nyamuk Wolbachia mencegah penularan demam berdarah? Berikut pembahasannya.

1. Apa itu nyamuk dengan Wolbachia?

ilustrasi bakteri (freepik.com/kjpargeter)

Demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan nasional sejak ditemukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1968. Berbagai cara untuk mencegah dan menanggulangi demam berdarah telah dilakukan, namun belum mampu memperlambat laju demam berdarah secara nasional.

Penyakit ini menyebabkan ratusan ribu orang dewasa dan anak-anak menderita demam berdarah. Para ahli kini mencari cara alami menggunakan teknologi bernama Wolbachia untuk melawan penyakit demam berdarah.

World Mosquito Program menyebutkan bahwa metode Wolbachia merupakan intervensi berbasis bukti dan aman untuk melindungi masyarakat dari penyakit yang ditularkan nyamuk. Wolbachia adalah bakteri alami yang telah berevolusi untuk hidup di dalam sel ratusan ribu spesies serangga. Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel serangga karena ia tidak dapat mereplikasi dirinya tanpa bantuan serangga inang.

2. Nyamuk ber-Wolbachia diharapkan mampu menggantikan populasi nyamuk liar

ilustrasi nyamuk Wolbachia (freepik.com/jcomp)

Mengutip penjelasan laman Universitas Gadjah Mada, penelitian Wolbachia telah dilakukan di Yogyakarta selama 12 tahun, sejak 2011 lalu. Penelitian dimulai dari tahapan penelitian fase kelayakan dan keamanan (2011 sampai 2012), fase pelepasan skala terbatas (2013 sampai 2015), fase pelepasan skala luas (2016 sampai 2020), dan fase implementasi (2021 sampai 2022).

Laman Kementerian Kesehatan menyebutkan, teknologi Wolbachia yang digunakan di Indonesia diimplementasikan dengan metode penggantian atau replacement. Metode ini melibatkan pelepasan nyamuk jantan dan nyamuk betina ber-Wolbachia ke populasi alami.

Menurut National Environment Agency, Government of Singapore, metode ini bertujuan untuk menggantikan populasi nyamuk setempat dengan nyamuk pembawa Wolbachia yang memiliki kemampuan penularan penyakit yang lebih rendah. Selain Indonesia, pendekatan metode replacement juga dilakukan di Australia, Brazil, Malaysia, Vietnam, dan lainnya.

Baca Juga: Apakah Nyamuk Aedes aegypti Wolbachia Hasil Rekayasa Genetik?

3. Wolbachia mampu menghambat virus dengue di tubuh nyamuk

ilustrasi peneliti (freepik.com/Freepik)

Wolbachia dapat ditemukan secara alami di sebagian spesies nyamuk, tapi tidak ada pada nyamuk Aedes aegypti. Peneliti menyuntikkan telur nyamuk Aedes aegypti dengan bakteri Wolbachia. Ketika telur tersebut menetas, nyamuk akan membawa bakteri Wolbachia di dalam tubuhnya.

World Mosquito Program menemukan bahwa Wolbachia mampu menghambat virus dengue, chikungunya, dan Zika agar tidak berkembang di tubuh nyamuk Aedes aegypti. Dengan begitu, nyamuk ber-Wolbachia tidak menularkan virus ke manusia ketika mengisap darah sehingga kasus demam berdarah dapat menurun.

4. Cara Wolbachia mencegah penularan virus dengue penyebab demam berdarah

ilustrasi peneliti (freepik.com/Freepik)

Wolbachia mampu menurunkan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Menurut laman Universitas Gadjah Mada, mekanisme kerja utamanya adalah melalui persaingan makanan antara virus dan bakteri.

Wolbachia di tubuh nyamuk akan bersaing dengan virus dalam memperebutkan makanan untuk bertahan hidup. World Mosquito Program juga menjelaskan hal yang sama bahwa Wolbachia di tubuh nyamuk akan bersaing dengan virus untuk mendapatkan molekul penting, seperti kolesterol. Baik virus maupun Wolbachia memerlukan kolesterol untuk bertahan hidup di tubuh nyamuk.

Dengan sedikitnya makanan yang diperoleh virus, maka virus tidak dapat berkembang di tubuh nyamuk. Jika virus sulit berkembang, maka makin sulit pula penularan demam berdarah ke manusia.

Verified Writer

Dewi Purwati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya