Apa Perbedaan Stunting dengan Gizi Buruk? Sering Dikira Sama!
Jika tidak ditangani, gizi buruk dapat berakibat fatal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Stunting dan gizi buruk merupakan masalah yang masih dihadapi berbagai negara, termasuk Indonesia. Survei status gizi nasional (SSGI) tahun 2022 menyebutkan, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen.
Stunting dan gizi buruk merupakan masalah yang kompleks dengan dampak kesehatan yang serius bagi anak-anak. Diperlukan upaya dalam mencegah stunting dan gizi buruk agar tidak makin meningkat. Sebenarnya, apa perbedaan stunting dengan gizi buruk? Berikut pembahasannya.
1. Stunting
Stunting adalah kondisi ketika tinggi badan lebih rendah daripada anak seusianya. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis atau berulang. Biasanya dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi yang buruk, kesehatan dan gizi ibu yang buruk, sering sakit, atau pemberian makan yang tidak tepat di awal kehidupan. Hal senada juga dijelaskan UNICEF bahwa, anak berisiko stunting jika kekurangan gizi sejak dari dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun atau sering disebut sebagai 1000 hari pertama kehidupan.
Mengutip laman Kemenkes, anak yang stunting tidak tampak kurus. Anak yang stunting tetap bisa terlihat gemuk atau berat badannya normal, tapi mereka terlihat lebih pendek daripada anak lain seusianya. Meski begitu, stunting bukan sekedar masalah tinggi badan saja karena stunting membatasi potensi fisik dan kognitif anak secara permanen. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, rendahnya kemampuan belajar, menurunkan produktivitas saat dewasa, dan risiko penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.