Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Karena berbagai alasan, dokter mungkin menyarankan perempuan untuk melakukan aborsi. Aborsi bisa dilakukan melalui pembedahaan atau pemberian obat. Selama aborsi dilakukan dengan pengawasan dokter, prosedur medis ini aman.
Meskipun begitu, ada beberapa hal yang mungkin terjadi pada tubuh setelah aborsi. Efek samping biasanya ringan dan cepat berlalu. Perawatan pasca aborsi biasanya melibatkan istirahat dan menjaga kenyamanan diri.
Penting untuk mengetahui apa yang terjadi pada tubuh setelah aborsi. Hanya dengan begitu, kamu akan memahami apa yang normal dan apa yang tidak.
1. Pendarahan
Banyak perempuan mengalami pendarahan vagina setelah aborsi. Kamu dapat menggunakan pembalut, tampon, atau menstrual cup. Namun, perawat atau dokter mungkin menyarankan menggunakan pembalut sehingga kamu dapat melacak seberapa banyak pendarahan yang kamu alami.
Pendarahan biasanya terjadi selama satu minggu.
Beberapa orang mengalami pendarahan dalam bentuk bercak-bercak, semetara sebagian lainnya tidak mengalami pendarahan sama sekali.
2. Nyeri dan kram
ilustrasi kram perut (freepik.com/krakenimages.com) Kram perut umum terjadi setelah aborsi. Ini menandakan bahwa tubuh sedang menghentikan kehamilan dan mengembalikan rahim ke ukuran sebelum hamil. Nyeri pasca aborsi biasanya lebih kuat dibandingkan dengan kram menstruasi.
Jika aborsi dilakukan melalui pembedahan, kram mulanya akan terasa seperti nyeri haid, tetapi menjadi makin parah 3 hingga 5 hari setelah prosedur.
Sementara itu, jika aborsi dilakukan melalui obat-obatan, kram yang dirasakan mungkin tidak akan terlalu parah.
3. Bisa langsung hamil kembali
Aborsi tidak memengaruhi kesuburan sehingga kamu bisa hamil segera setelah aborsi. Karenanya, jika kamu belum berencana untuk hamil, bicarakan dengan dokter mengenai pilihan kontrasepsi yang tepat setelah aborsi.
Beberapa dokter dapat memasang IUD di rahim segera setelah aborsi. Tanyakan kepada dokter tentang pemasangan IUD bersamaan dengan prosedur aborsi.
Baca Juga: Benarkah Aborsi Tingkatkan Risiko Kanker Payudara?
4. Mual, muntah, atau diare
ilustrasi perempuan sedang mual (freepik.com/jcomp) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Gejala pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare dapat berlangsung sekitar 24 jam setelah aborsi bedah atau obat. Jika masalah pencernaan berlangsung lebih lama dari itu, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter yang menanganinya.
Kemungkinan, masalah pencernaan setelah aborsi bukan merupakan tanda keadaan darurat.
5. Perubahan pada menstruasi
Menstruasi mungkin akan dimulai 4 atau 6 minggu setelah prosedur aborsi. Selain itu, menstruasi mungkin terasa lebih berat atau lebih panjang dari biasanya. Siklus menstruasi mungkin juga menjadi tidak teratur.
Kamu mungkin perlu mempertimbangkan untuk menjadwalkan pemeriksaan lanjutan jika menstruasimu belum kembali setelah delapan minggu.
Kamu juga bisa melakukan tes kehamilan untuk berjaga-jaga.
6. Kamu menjadi emosional
ilustrasi perempuan menangis (pexels.com/Karolina Grabowska) Setelah melakukan aborsi, beberapa perempuan merasa lega. Akan tetapi, ada juga yang merasa sedih atau bersalah. Perasaan ini adalah normal dan akan membaik seiring waktu.
Beri dirimu waktu dan ruang sebanyak mungkin untuk memproses perasaan. Jika kamu perlu berbicara, kamu dapat membuat janji temu dengan psikolog. Beberapa fasilitas medis bahkan menyediakan layanan konseling pasca aborsi.