TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Pemeriksaan Penting untuk Bayi Baru Lahir, Jangan Terlewat

Penting untuk identifikasi penyakit bawaan sedini mungkin

ilustrasi pemeriksaan untuk bayi baru lahir (pexels.com/Jonathan Borba)

Intinya Sih...

  • Bayi baru lahir perlu menjalani skrining untuk mendeteksi kondisi kesehatan serius sejak dini.
  • Pemeriksaan meliputi tes darah, pendengaran, fisik, vitamin K, jantung, hipotiroidisme, dan mata.
  • Skrining membantu mencegah masalah kesehatan serius dan meningkatkan potensi keberhasilan pengobatan.

Pada hari pertama atau kedua kelahirannya, bayi harus mendapatkan beberapa tes khusus yang disebut skrining bayi baru lahir. Ini dilakukan untuk memeriksa kondisi kesehatan yang serius.

Bayi dapat lahir dengan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda masalah pada awalnya. Skrining memungkinkan kondisi tersebut ditemukan lebih awal untuk meningkatkan potensi keberhasilan pengobatan. Perawatan dini penting untuk membantu mencegah masalah kesehatan yang lebih serius bagi bayi.

Ada bermacam-macam pemeriksaan yang penting dilakukan bayi baru lahir, berikut akan dijelaskan beberapa di antaranya.

1. Tes darah

Sebagian besar skrining bayi baru lahir dilakukan dengan tes darah untuk memeriksa kondisi kesehatan yang langka dan serius.

Tes ini dilakukan dengan menusuk tumit bayi untuk mendapatkan beberapa tetes darah. Selanjutnya, darah dikumpulkan pada kertas khusus dan dikirimkan ke laboratorium untuk diuji. 

Hasil tes darah biasanya keluar beberapa hari kemudian. Jika tes menunjukkan hasil tertentu, dokter mungkin menyarankan si kecil mendapatkan tes darah lanjutan.

2. Tes pendengaran

ilustrasi telinga bayi (pexels.com/Burst)

Bayi banyak belajar dengan mendengarkan. Karena alasan ini, setiap bayi akan melalui pemeriksaan pendengaran tak lama setelah dilahirkan atau sebelum diizinkan pulang.

Skrining ini membantu memastikan semua bayi yang tuli atau memiliki masalah pendengaran diidentifikasi sesegera mungkin. Selanjutnya, bayi akan menerima perawatan dini yang dapat membuat perbedaan besar dalam komunikasi dan perkembangan bahasa.

3. Pemeriksaan fisik

Setiap bayi harus mendapatkan pemeriksaan fisik menyeluruh segera setelah lahir untuk mengidentifikasi kondisi tertentu yang mungkin memerlukan pengujian atau perawatan lebih lanjut.

Pemeriksaan fisik ini mungkin meliputi pemeriksaan mata, jantung, pinggul, dan testis. Pemeriksaan dilakukan 72 jam setelah kelahiran. Kemudian, dilakukan lagi pada usia 6 hingga 8 minggu, karena beberapa kondisi dapat berkembang seiring waktu.

Baca Juga: Haruskah Membedong Bayi agar Kaki Bayi Tidak Bengkok?

4. Suntikan vitamin K

ilustrasi suntikan (pixabay.com/PhotoLizM)

Kebanyakan bayi dilahirkan dengan defisiensi vitamin K. Karena alasan ini, bayi biasanya diberi suntikan vitamin K dalam waktu enam jam setelah lahir untuk meningkatkan kemampuan pembekuan darah dan mencegah kondisi yang menimbulkan potensi bahaya.

Vitamin K biasanya diberikan sebagai suntikan tunggal di otot kaki bayi segera setelah lahir. Selain lewat suntikan, bayi mungkin akan mendapatkan vitamin K cair secara oral. Untuk vitamin K yang diberikan secara oral, pemberian biasanya dilakukan sebanyak tiga kali dan secara bertahap.

5. Pemeriksaan jantung

Pemeriksaan jantung dilakukan untuk menentukan apakah bayi mungkin memiliki kondisi jantung tertentu yang disebut penyakit jantung bawaan kritis atau congenital heart defects (CHD). Ini adalah sekelompok kondisi jantung yang muncul saat lahir. Tes ini dapat membantu menentukan apakah bayi membutuhkan perawatan jantung yang mendesak.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan mesin dan sensor yang ditempatkan pada kulit bayi guna memeriksa jumlah oksigen dalam darah. Skrining ini dilakukan 24 jam setelah bayi lahir atau sebelum keluar dari rumah sakit.

Jika hasil tes menunjukkan bayi memiliki CHD, bayi akan mendapatkan infus prostaglandin untuk mempertahankan aliran darah paru atau sistemik.

6. Pemeriksaan tiroid

ilustrasi dokter sedang memeriksa bayi (pexels.com/CDC)

Individu yang lahir dengan hipotiroidisme kongenital mengalami kehilangan fungsi tiroid sebagian atau seluruhnya. Artinya, tiroid tidak menghasilkan cukup hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan otak.

Tanda-tanda hipotiroidisme biasanya tidak terlihat pada bayi yang baru lahir. Karena alasan ini, penting untuk melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir guna mencegah keterlambatan perkembangan dan cacat intelektual permanen.

Tes ini biasanya dilakukan dengan mengambil sampel darah. Sampel darah ini diuji untuk mengukur dua hormon yang menunjukkan seberapa baik tiroid bekerja, yaitu tiroksin (T4) dan hormon perangsang tiroid (TSH).

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya