TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Tipe PTSD, Gejala dan Penanganannya Bisa Berbeda

PTSD dapat dialami siapa saja tanpa memandang usia

ilustrasi seseorang dengan PTSD (freepik.com/jcomp)

Gangguan stres pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis.

Kondisi ini memiliki beberapa subtipe yang berbeda, tergantung gejala yang dirasakan.

PTSD dapat memiliki gejala serupa dan bahkan hadir dengan cara yang sama. Akan tetapi, tidak semua orang bereaksi terhadap peristiwa traumatis dengan cara maupun gejala yang sama. Sebab, setiap orang memiliki respons atau reaksi yang berbeda-beda.

PTSD bisa dialami siapa pun dan tidak mengenal usia. Akan tetapi, tidak semua orang yang mengalami peristiwa traumatis akan mengalami PTSD.

PTSD terjadi sebagai respons terhadap perubahan kimia dan saraf di otak setelah terpapar peristiwa yang mengancam. Sebagian pengidapnya mungkin tidak sadar dirinya mengalami gejala PTSD.

Di bawah ini akan dijelaskan beberapa subtipe PTSD berdasarkan gejalanya.

1. Respons stres normal

Respons stres (normal stress response) normal bisa merupakan tahapan sebelum PTSD berkembang, tetapi belum tentu respons ini akan berkembang menjadi PTSD.

Setiap orang dapat mengalami stres dalam berbagai cara, sehingga normal bagi setiap orang untuk merespons stres dan ancaman yang dialami.

Peristiwa seperti kecelakaan, cedera, penyakit, operasi, pengabaian, dan sumber ketegangan atau stres yang tidak masuk akal lainnya dapat menjadi penyebab dari respons stres yang normal.

Respons stres normal ini dapat diatasi secara efektif dengan dukungan dari orang-orang terkasih, seperti orangtua, sahabat, keluarga, dan lainnya.

Sesi terapi individu dan terapi kelompok juga bisa membantu. Bila tidak berkembang menjadi PTSD, seseorang yang mengalami respons stres normal dapat pulih dalam beberapa minggu.

2. Gangguan stres akut

ilustrasi PTSD (pexels.com/MART PRODUCTION)

Gangguan stres akut atau accute stress disorder (ASD) merupakan sekelompok gejala seperti kecemasan dan penghindaran yang berkembang dalam waktu sekitar satu bulan setelah mengalami peristiwa traumatis.

Meski berbeda dengan PTSD, tetapi ASD yang tidak diatasi dapat berkembang menjadi PTSD.

Sama seperti PTSD, ASD dapat berkembang setelah mengalami peristiwa traumatis, dan gejalanya dapat muncul antara 3 hari hingga sekitar 1 bulan setelah peristiwa tersebut.

Penyebab ASD dapat bermacam-macam, seperti kecelakaan lalu lintas, pemerkosaan, penyerangan, penembakan massal, kehilangan orang yang dicinta, kehilangan pekerjaan, dan peristiwa yang mengguncang jiwa lainnya.

Dirangkum dari Psych Central, gejala ASD mirip PTSD, yang meliputi:

  • Mengalami trauma secara langsung.
  • Menyaksikan suatu peristiwa, misalnya terjadi pada orang terdekat.
  • Mengetahui bahwa suatu peristiwa traumatis terjadi pada orang terdekat.
  • Paparan berulang terhadap detail ekstrem atau berulang dari suatu peristiwa traumatis.

Penanganan ASD dapat meliputi psikoterapi, termasuk terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT). CBT dapat membantu meredakan gejala dan mengurangi kemungkinan gejala ASD akan berkembang menjadi PTSD.

3. Uncomplicated PTSD

Tipe PTSD tidak rumit atau uncomplicated PTSD biasanya berhubungan dengan peristiwa traumatis besar, dan merupakan jenis yang paling sering didiagnosis sekaligus paling mudah ditangani.

Menurut Best Day Psychiatry and Counseling, gejalanya dapat meliputi menghindari pengingat trauma, mimpi buruk, kilas balik kejadian trauma, mudah marah, perubahan suasana hati, dan perubahan dalam hubungan.

PTSD yang tidak rumit biasanya tidak disertai kondisi kesehatan mental lainnya, misalnya depresi. Kondisi ini bisa diobati melalui terapi dan/atau pengobatan, atau kombinasi keduanya.

Baca Juga: 5 Bentuk Dukungan Sosial terhadap Seseorang dengan PTSD     

4. PTSD kompleks

ilustrasi PTSD kompleks (pixabay.com/Ryan McGuire)

Berkebalikan dengan uncomplicated PTSD, PTSD kompleks atau complex PTSD ini disebabkan oleh beberapa peristiwa traumatis, tidak hanya satu.

Banyak peristiwa dapat memicu PTSD kompleks, misalnya korban kekerasan, kecelakaan mobil, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia, atau penelantaran.

PTSD yang berkembang bisa bertahan lama selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

PTSD kompleks merupakan keadaan untuk menggambarkan dampak emosional dari trauma yang berkelanjutan dan berkepanjangan.

Dijelaskan dalam laman Mental Health UK, PTSD kompleks sering memiliki gejala serupa dengan PTSD yang tidak rumit, tetapi ada beberapa perubahan kepribadian yang mungkin dialami, yang dapat mencakup:

  • Kesulitan mengendalikan emosi.
  • Perasaan tidak berharga, permusuhan, dan keputusasaan.
  • Merasa seperti tidak ada orang yang bisa mengerti apa yang terjadi pada penderita.
  • Menghindari pertemanan dan hubungan.
  • Pikiran bunuh diri.

5. PTSD komorbid

Selanjutnya, ada tipe yang disebut dengan PTSD komorbid, yakni beberapa gangguan mental yang terjadi bersamaan.

Artinya, seseorang dapat memiliki lebih dari satu masalah kesehatan mental dan kadang ditambah dengan masalah penyalahgunaan zat-zat terlarang.

PTSD komorbid umum terjadi. Banyak orang memiliki lebih dari satu gangguan mental dalam satu waktu.

Cara terbaik untuk mengatasinya adalah mendapat pengobatan untuk semua gangguan.

Menggunakan obat-obatan tanpa resep dan konsumsi alkohol dapat memperburuk kondisi dan memperpanjang waktu pemulihan atau pengobatan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya