TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hepatitis E: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Benarkah ibu hamil memiliki risiko yang lebih tinggi?

ilustrasi organ hati (sciencemag.org)

Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus, tetapi bisa juga disebabkan oleh infeksi lain seperti zat beracun (seperti alkohol dan obat tertentu) serta penyakit autoimun.

Saat ini ada lima jenis hepatitis yang menjadi perhatian besar, yakni hepatitis A, B, C, D dan E. Beberapa jenis di antaranya rupanya memiliki penyebab yang berbeda-beda. Lewat artikel ini, mari kita mengenal lebih mendalam tentang hepatitis E.

1. Apa itu hepatitis E?

ilustrasi organ hati (medobr.com)

Hepatitis E adalah penyakit serius yang disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Selain itu, virus merupakan virus menular yang menyerang hati dan dapat menyebabkan organ tersebut membengkak, meradang, hingga rusak.

Pada sebagian orang, hepatitis E dapat menyebabkan komplikasi seiring waktu, meski sebagian pasien dapat membaik dalam waktu beberapa bulan atau bisa sembuh dengan sendirinya. Walaupun demikian, hepatitis E tetap membutuhkan perawatan khusus guna mencegah komplikasi berbahaya.

Menurut keterangan dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), hepatitis E merupakan penyakit umum dan tidak selangka yang selama ini kita pikirkan.

Berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya tercatat 20 juta kasus infeksi hepatitis E dan pada tahun 2015 tercatat sebanyak 44.000 pasien meninggal dunia.

Baca Juga: Bisa Lebih Fatal dari COVID-19, Ini 7 Akibat Infeksi Hepatitis Akut

2. Penyebab dan penularan

ilustrasi virus hepatitis E (pei.de)

Sebagian besar kasus hepatitis E disebabkan oleh kualitas air yang buruk, seperti air yang telah terkontaminasi dengan tinja seseorang yang telah terinfeksi atau bisa juga karena perilaku kebersihan yang buruk. Umumnya, penyebaran penyakit seperti ini banyak dilaporkan di negara-negara berkembang.

Berbeda halnya dengan negara maju, yang mana umumnya penularan terjadi lewat hewan ke manusia. Misalnya lewat konsumsi daging yang tidak sepenuhnya matang yang sebelumnya sudah terinfeksi, contohnya rusa dan babi.

Bahkan, menurut NIDDK, pada kasus yang jarang, hepatitis E juga bisa ditularkan lewat transfusi darah. 

Selain itu, untuk ibu hamil dan orang-orang dengan daya tahan tubuh lemah, mereka juga lebih berisiko terserang penyakit ini. Bahkan, ibu hamil yang telah terjangkit berpotensi untuk menularkan hepatitis E kepada janinnya, serta meningkatkan risiko kematian pada ibu hamil hingga 20 persen pada bulan terakhir kehamilan.

3. Gejala

ilustrasi penyakit kuning pada pasien dengan hepatitis E (health.mthai.com)

Dilansir Medical News Today, beberapa penderita hepatitis E tidak memiliki gejala, atau menunjukkan gejala tapi sangat ringan hingga mereka tak menyadarinya. Bagi yang mengalami gejala, ini bisa muncul dalam kurun waktu 15-60 hari setelah terpapar virus.

Gejalanya antara lain:

  • Demam ringan
  • Merasa sangat lelah
  • Rasa lapar berkurang
  • Mual hingga muntah
  • Nyeri perut bagian atas
  • Warna urine menjadi gelap
  • Feses berwarna terang
  • Kulit gatal atau ruam
  • Sendi terasa nyeri
  • Penyakit kuning

Berdasarkan laporan WHO, hepatitis E banyak ditemukan pada rentang usia 15-40 tahun. Selain itu, untuk anak-anak umumnya mereka cenderung hanya mengembangkan hepatitis E sangat ringan tanpa disertai penyakit kuning.

Nah, jika kamu merasakan gejala di atas, segera hubungi dokter untuk memastikan penyebabnya. Ini juga bertujuan untuk segera mendapat tindakan sesuai guna mencegah komplikasi yang bisa berakibat fatal.

4. Diagnosis

ilustrasi sampel darah (freepik.com/rawpixel.com)

Mengingat hepatitis memiliki berbagai jenis, mungkin akan sulit untuk membedakannya. Maka dari itu, pemeriksaan oleh dokter sangat diperlukan. Tes darah maupun feses bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis.

Selain itu, dokter juga akan melakukan wawancara medis seputar riwayat kesehatan dan gejala. Jangan lupa untuk memberi tahu dokter bila ada perubahan dengan kondisi tubuh dan bila telah berkontak dengan air yang terkontaminasi.

5. Perawatan dan pengobatan

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Bagi orang-orang dengan daya tahan tubuh yang kuat, hepatitis E umumnya tidak memerlukan tindakan medis. Sebab, tubuh dapat membersihkan infeksi dengan sendirinya dalam waktu sekitar 4-6 minggu.

Supaya segera pulih, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk beristirahat, mencukupi kebutuhan cairan, menghindari alkohol, serta menjaga kebersihan hingga infeksi berakhir.

Dilansir Healthline, pada orang-orang yang memiliki penyakit parah akut dan yang tidak hamil, pengobatan dengan ribavirin selama 21 hari terbukti dapat meningkatkan fungsi hati lewat beberapa studi kecil.

Perempuan hamil, orang-orang dengan sistem imun lemah, atau pasien gagal hati akut kemungkinan akan dirawat di rumah sakit dan dipantau secara ketat.

6. Tindakan yang harus diambil setelah sembuh

ilustrasi kontrol ke dokter setelah dinyatakan sembuh dari hepatitis E (khmerload.com)

Meskipun telah dinyatakan sembuh, tetapi ada baiknya pasien tetap kontrol ke dokter secara berkala untuk memastikan tubuhmu mampu melawan infeksi. Umumnya, dokter akan memantau perubahan fisik atau perkembangan obat melalui tes darah. 

Selain itu, dokter juga mungkin akan meresepkan obat, suplemen, atau vitamin agar pasien tidak terjangkit lagi.

Baca Juga: Hepatitis A, Infeksi Organ Hati yang Bisa Dicegah dengan Vaksinasi

Verified Writer

Garnis Sukma

Have interested on journalism :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya