TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Obat yang Sebaiknya Dihindari Pasien Gagal Jantung

Pasien gagal jantung tidak boleh asal minum obat

ilustrasi obat-obatan (pixabay.com/Stevepb)

Intinya Sih...

  • Pasien gagal jantung tidak boleh minum obat sembarangan.
  • Selalu konsultasikan dengan dokter obat apa saja yang akan dikonsumsi, baik obat maupun obat resep.
  • Obat tumor necrosis factor (TNF) inhibitor, NSAID, stimulan, antrasiklin, dan antidepresan bisa berisiko buat pasien gagal jantung.

Banyak orang dengan gagal jantung mengonsumsi obat-obatan. Namun, dalam beberapa kasus sejumlah pasien juga perlu minum obat lain untuk kondisi atau penyakit lain. Ini perlu diperhatikan.

Ada beberapa jenis obat yang sebaiknya dihindari oleh pasien gagal jantung karena bisa memperburuk kondisinya. Pasalnya jika dikonsumsi dapat merusak otot jantung, meningkatkan tekanan darah, dan berinteraksi dengan obat lain.

Jika kamu didiagnosis dengan gagal jantung, selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun. Berikut ini obat-obatan yang sebaiknya dihindari oleh pasien gagal jantung.

1. Obat tekanan darah tinggi

ilustrasi obat hipertensi (pixabay.com/Stevepb)

Diltiazem dan verapamil merupakan dua obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi).

Saat mengalami hipertensi mungkin kamu akan menggunakan salah satu obat penghambat saluran kalsium (CCB) tersebut untuk menurunkan tekanan darah.

Pasalnya, kedua obat tersebut bisa membantu mengendurkan pembuluh darah, menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan aliran darah.

Namun, orang dengan gagal jantung sebaiknya menghindari obat-obat tersebut. Dilansir Black Health Matters, sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi jenis obat-obatan tersebut dapat melemahkan otot jantung, sehingga menyulitkan pemompaan darah.

Jika saat ini kamu sedang mengonsumsi obat-obatan ini, sebaiknya bicarakan dengan dokter untuk untuk mendapatkan alternatif.

2. Obat diabetes

ilustrasi obat-obatan (pexels.com/SHVETS production)

Thiazolidinedione (TZD) merupakan jenis obat oral untuk diabetes tipe 2. Obat ini diresepkan untuk untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengurangi resistansi tubuh terhadap insulin.

TZD bekerja dengan menargetkan reseptor PPAR-gamma, yang mengaktifkan sejumlah gen dalam tubuh dan berperan penting dalam metabolisme glukosa dan penyimpanan lemak tubuh, mengutip laman Verywell Health.

Contoh obat tersebut antara lain pioglitazone, rosiglitazone, dan pil kombinasi yang mengandung pioglitazone dan rosiglitazone, serta obat diabetes lainnya seperti metformin.

TZD dapat menyebabkan pasien gagal jantung mengalami edema atau pembengkakan akibat penumpukan cairan dalam tubuh.

Jika kamu mengalami gagal jantung, obat ini mungkin bukan pilihan terbaik. Pastikan untuk mendiskusikan alternatif yang lebih aman dengan dokter yang merawat.

3. Obat untuk mengobati kondisi peradangan

ilustrasi obat (pixabay.com/HeungSoon)

Obat tumor necrosis factor (TNF) inhibitor adalah obat yang digunakan untuk mengobati kondisi seperti artritis reumatoid (RA), hidradenitis suppurativa (HS) dan penyakit Crohn (CD).

Contoh obat TNF antara lain adalimumab, certolizumab, etanercept, infliximab, dan golimumab.

Kebanyakan orang meminum obat-obatan itu untuk meredakan gejala yang disebabkan oleh kondisi peradangan.

Namun, ternyata obat-obatan tersebut dapat menyebabkan kerusakan langsung pada otot jantung dan tidak dianjurkan jika kamu memiliki gagal jantung kelas III atau IV menurut klasifikasi gagal jantung New York Heart Association (NYHA).

Baca Juga: 7 Obat yang Dapat Meningkatkan Kadar Gula Darah, Bisa Picu Diabetes?

4. Obat antiinflamasi nonsteroid

ilustrasi obat (pixabay.com/RemazteredStudio)

Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS/NSAID) mengobati nyeri dan peradangan yang disebabkan oleh kondisi seperti radang sendi, tendinitis, bursitis, dan cedera muskuloskeletal.

OAINS efektif untuk meredakan sakit kepala, menurunkan demam dan mencegah pembekuan darah.

Contoh obat-obatan ini antara lain ibuprofen, naproxen, dan banyak lagi. Obat-obatan ini dapat dijual bebas maupun dengan resep dokter.

Namun, jika kamu mengalami gagal jantung, obat ini mungkin tidak aman bagi kesehatanmu. OAINS dapat meningkatkan tekanan darah dan berinteraksi dengan obat lain yang yang juga kamu minum untuk mengobati gagal jantung. 

Obat-obatan ini dapat menyebabkan tubuh menahan cairan sehingga menyebabkan pembengkakan. Jika ini terjadi, gejala gagal jantung bisa memburuk dan obat lain tidak akan bekerja dengan baik. Oleh karena itu, penggunaan NSAID pada penderita gagal jantung tidak dianjurkan.

Sebagai alternatifnya, gunakan asetaminofen atau sesuai instruksi dari dokter yang merawat.

5. Stimulan

ilustrasi obat (pexels.com/Karolina Grabowska)

Ini termasuk obat-obatan psikotropika untuk mengobati kondisi seperti gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD), narkolepsi, dan gangguan kecemasan sosial.

Stimulan digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan, perhatian, dan energi dengan meningkatkan kadar bahan kimia otak tertentu.

Contoh obat-obatan ini antara lain, Adderall (dextroamphetamine, amfetamin), deksmetilfenidat, phentermine, dan lain-lain.

Stimulan berisiko bagi pasien gagal jantung karena diketahui dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Orang yang sudah memiliki penyakit jantung atau kelainan jantung sebaiknya tidak mengonsumsi obat ini karena ada risiko serangan jantung, stroke, dan bahkan kematian mendadak.

6. Obat kemoterapi

ilustrasi minum obat (pexels.com/JESHOOTS.com)

Banyak obat yang digunakan untuk mengobati kanker dikaitkan dengan potensi masalah jantung. Namun, golongan obat yang paling dikhawatirkan adalah antrasiklin, yang merupakan turunan dari antibiotik yang menghambat sintesis DNA dan RNA serta mencegah pertumbuhan sel kanker.

Contohnya termasuk doxorubicin, liposom doksorubisin, dan epirubicin).

Antrasiklin dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otot jantung, terutama jika diberikan dalam dosis tinggi. Hal ini terjadi melalui pembentukan radikal bebas, pasangan elektron yang merusak sel-sel tubuh yang pada akhirnya merusak ventrikel kiri jantung.

Karena potensi kerusakan pada jantung, terutama pada pasien gagal jantung, maka batasan dosis seumur hidup (dosis kumulatif) sering kali digunakan pada obat kemoterapi.

Verified Writer

Isna Zulfia

I do fun i think

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya