TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

14 Obat dan Hal Lain yang Menyebabkan Tes Narkoba Positif

Bisa memunculkan hasil tes narkoba positif palsu

ilustrasi tes narkoba (flickr.com/premierin fosource)

Intinya Sih...

  • Ada beberapa obat dan hal lain yang dapat menyebabkan hasil tes narkoba kamu positif. Ini dianggap sebagai false positive atau positif palsu.
  • Beberapa obat pilek dan flu, antihistamin, antibiotik, paparan asap rokok ganja, serta konsumsi biji poppy dan teh koka dan dapat membuat hasl tes narkoba positif palsu.

Mendengar kata "positif" setelah tes narkoba, apalagi kalau kamu tidak menggunakannya, tentu saja bikin tegang. Sebetulnya ini jarang terjadi, tetapi memang ada kalanya tes narkoba menunjukkan hasil yang tak terduga.

Dalam dunia medis, kesalahan tersebut dikenal sebagai "false positive" alias "positif palsu". Artinya, tes narkoba melenceng karena salah mengartikan zat lain sebagai narkoba.

Biasanya kejanggalan terjadi karena kamu menggunakan obat atau hal lain yang punya kandungan mirip narkoba, sehingga itu terdeteksi positif saat tes narkoba. Kira-kira apa saja penyebab hasil positif palsu ini? Simak informasi berikut ini!

1. Air tonik dari kina

Air tonik adalah minuman berkarbonasi yang mengandung ekstrak tanaman kina. Biasanya ini digunakan untuk mengobati malaria. Jika kamu mengonsumsi air tonik menjelang tes narkoba, ada kemungkinan hasil tes akan terganggu.

Sebuah penelitian lampau menunjukkan bahwa memang benar kina jika dicampurkan dengan air tonik akan mengecoh tes. Ini karena kina memang dulunya pernah menjadi campuran narkoba. 

2. Obat HIV

ilustrasi obat-obatan (freepik.com /freepik)

Obat yang dikonsumsi oleh pasien HIV juga bisa mengecoh alat tes narkoba dan membuatmu gagal. Ini karena obat tersebut mengandung zat bernama efavirenz yang mirip dengan mariyuana sehingga alat salah mendeteksinya. 

Studi tahun 2006 membuktikan hal ini. Tim peneliti menguji 24 orang yang tidak pernah memakai narkoba. Pretest menunjukkan hasil yang negatif. Setelah itu, mereka diminta untuk mengonsumsi efavirenz. Tes kedua menunjukkan bahwa semua subjek penelitian positif narkoba.

3. Obat antiinflamasi nonsteroid

Ibuprofen dan naproxen termasuk dalam kelompok obat yang disebut obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), yang sering digunakan untuk meredakan demam, peradangan, dan nyeri.

Dengan ibuprofen dan naproxen, kecil kemungkinan tes urine kamu menunjukkan hasil positif palsu untuk barbiturat, sejenis obat penenang, atau tetrahydrocannabinol (THC).

OAINS lainnya, oxaprozin, dapat memberikan hasil positif palsu terhadap benzodiazepine.

Dalam sebuah penelitian lampau, 60 orang menggunakan ibuprofen dengan beberapa dosis berbeda (dosis tunggal 400 mg per hari, tiga dosis 200 mg sehari, atau tiga dosis 400 mg per hari, tergantung kelompok eksperimen mana mereka berada).

Satu pasien yang mengonsumsi ibuprofen dosis tertinggi (1.200 mg per hari) dinyatakan positif cannabinoid, senyawa dalam ganja. Pasien lain dinyatakan positif barbiturat, yang digunakan dalam obat anticemas atau obat tidur.

Hasilnya menunjukkan kemungkinan kecil positif palsu setelah mengonsumsi ibuprofen, para peneliti menyimpulkan.

Baca Juga: Kenapa Minum Obat Flu Bisa Positif Narkoba?

4. Antibiotik

ilustrasi obat-obatan dari dokter (IDN Times/Novaya Siantita)

Biasanya antibiotik tidak menimbulkan masalah dalam tes narkoba, tetapi dalam kasus yang jarang, beberapa antibiotik secara tidak sengaja dapat menyebabkan hasil positif palsu.

Salah satu antibiotik yang dimaksud adalah rifampisin, dan ini digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Rifampisin muncul sebagai opiat dalam sejumlah kecil kasus, tetapi ini hanya terjadi jika kamu baru meminumnya tidak lebih dari sehari sebelum tes narkoba.

Antibiotik kuinolon juga bisa memberikan hasil tes narkoba positif palsu. Levofloxacin dan ofloxacin adalah antibiotik kuinolon yang paling mungkin menyebabkan hasil positif palsu opiat pada tes narkoba urine.

Ofloxacin juga dapat menyebabkan hasil positif palsu untuk amfetamin atau metamfetamin.

5. Sabun bayi

Kamu pasti heran kenapa sabun bayi bisa berkaitan dengan narkoba.

Menurut studi tahun 2012 oleh University of North Carolina, Chapel Hill, Amerika Serikat, beberapa sabun yang digunakan di rumah sakit untuk memandikan bayi setelah lahir menyebabkan bayi tersebut positif ganja pada beberapa tes pemeriksaan bayi baru lahir.

Akan tetapi, para peneliti menegaskan bahwa hal ini tidak dilakukan dengan sengaja oleh para produsen sabun bayi.

Kemungkinan bahan-bahan dalam sabun memiliki struktur kimia yang mirip THC, atau bisa juga karena bahan kimia dalam produk mengubah cara tes bekerja.

Perlu dicatat bahwa studi tersebut dilakukan agar masyarakat sadar bahwa tes narkoba tidak 100 persen selalu akurat, bukan soal keamanan sabun bayi.

6. Obat batuk dan pilek

ilustrasi membeli obat (IDN Times/Novaya Siantita)

Beberapa obat resep dan obat bebas yang umum mungkin mengandung codeine, hydrocodone, dan sympathomimetic, yang dilaporkan memengaruhi tes narkoba di tempat kerja.

Codeine

Codeine digunakan dalam beberapa obat sebagai supresan batuk. Ketika bahan ini masuk ke dalam tubuh dan dimetabolisme, codeine berubah menjadi morfin. Codeine dan morfin digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. Penggunaan produk yang mengandung codeine dapat menghasilkan hasil skrining obat yang positif terhadap codeine dan/atau morfin.

Hydrocodone

Narkotika ini banyak digunakan untuk mengobati rasa sakit dan juga disetujui untuk digunakan dalam beberapa obat resep sebagai supresan batuk.

Hydrocodone juga merupakan obat yang populer untuk disalahgunakan karena dapat menimbulkan perasaan euforia. Sayangnya, ini sangat membuat ketagihan, dan jika digunakan secara tidak tepat, hydrocodone dapat menyebabkan penyakit atau cedera serius.

Orang yang menggunakan obat yang mengandung hydrocodone mungkin dites positif narkoba pada beberapa panel tes obat.

Sympathomimetic

Obat-obatan seperti pseudoephedrine, ephedrine, dan phenylephrine biasanya digunakan sebagai dekongestan dalam obat pilek dan flu yang dijual bebas atau sebagai penekan nafsu makan.

Sympathomimetic seperti yang tercantum di atas tidak akan menghasilkan skrining obat yang positif dan terkonfirmasi. Ada kesalahpahaman yang umum bahwa obat pilek yang dijual bebas dapat memberikan hasil positif dalam tes narkoba di tempat kerja. Namun, faktanya, meskipun beberapa di antaranya mungkin menyebabkan spesimen pada awalnya diskrining sebagai non negatif, tetapi tidak akan dikonfirmasi positif pada langkah kedua tes gas chromatography–mass spectrometry (GC/MS).

Dengan proses pengujian dua tingkat dan identifikasi serta kuantifikasi definitif dengan konfirmasi GC/MS, penggunaan obat bebas ini tidak akan menghasilkan tes positif narkoba.

7. Terpapar asap ganja

Terpapar asap ganja isapan orang lain dapat memicu hasil tes narkoba yang positif palsu, tetapi kemungkinannya kecil.

Menurut penelitian, satu ruangan dengan seseorang yang merokok ganja dapat menyebabkan hasil positif tes mariyuana.

Dalam penelitian tersebut, enam orang mengisap ganja di ruangan tertutup, sedangkan enam orang non perokok duduk di sebelahnya. Setelah 1 jam, beberapa non perokok dinyatakan positif menggunakan ganja dalam tes sensitif yang dapat mendeteksi THC (bahan aktif dalam ganja), pada konsentrasi 20 hingga 50 nanogram per mililiter.

Kesimpulan para peneliti, paparan asap ganja yang ekstrem dapat menghasilkan tes urine yang positif pada konsentrasi batas yang biasa digunakan. Namun, mereka mencatat bahwa tes positif di dunia nyata mungkin jarang terjadi kecuali jarak waktu antara tes dan paparan sangat dekat, dan orang yang tidak merokok ganja mungkin akan sadar bahwa mereka telah terpapar asap ganja.

8. Mengonsumsi biji poppy

ilustrasi biji poppy pada roti (pexels.com/Suzy Hazelwood)

Biji poppy secara alami mengandung senyawa morfin dan codeine, sehingga konsumsi beberapa produk yang mengandung biji poppy dapat memicu hasil positif palsu untuk obat tersebut.

Dalam sebuah penelitian, lima anggota laboratorium membuat kue yang mengandung sekitar 1 sendok teh (5 mililiter) isian biji poppy yang dibeli dari toko bahan makanan. Dua jam setelah memakannya, semua anggota laboratorium dinyatakan positif opiat. Konsentrasi obat lebih besar dari 300 ng/mL, yang merupakan batas minimum yang digunakan dalam pengujian.

Batasan untuk menghindari hasil positif palsu dari mengonsumsi biji poppy adalah 2.000 ng/mL. Namun, beberapa laboratorium mungkin masih menggunakan batas yang lebih rendah. 

9. Pil penurun berat badan

Phentermine adalah obat resep yang membantu mengekang nafsu makan. Secara kimiawi obat ini mirip amfetamin, stimulan yang digunakan untuk mengobati ADHD dan sebagai alat bantu belajar agar tetap terjaga.

Phentermine dapat menimbulkan tanda bahaya palsu pada pemeriksaan narkoba jika kamu tidak memiliki alasan medis untuk mengonsumsi amfetamin.

10. Obat kumur

ilustrasi mouthwash (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Banyak obat cair, ekstrak vanila, dan produk pembersih napas sering kali mengandung etanol, suatu bentuk alkohol gandum sederhana. Tes narkoba saat ini dapat mendeteksi alkohol dalam jumlah yang sedikit sekalipun, dan untuk waktu yang lebih lama setelah terpapar.

Jadi, kalau kamu menggunakan sesuatu yang mengandung etil alkohol, sampel napas, darah, atau urine mungkin ditandai sebagai tanda-tanda kemungkinan penggunaan alkohol.

Hal yang sama dapat terjadi bahkan pada pembersih tangan berbahan dasar alkohol jika kamu menggunakannya secara rutin.

11. Antidepresan

Sertraline diresepkan untuk depresi, serangan panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan banyak lagi. Beberapa skrining narkoba mungkin tidak cukup spesifik untuk membedakan sertraline dan benzodiazepine.

Benzodiazepine adalah obat penenang yang sering ditemukan pada orang yang overdosis opioid. Hasil tes yang salah dapat terjadi selama beberapa hari setelah kamu berhenti menggunakan antidepresan.

12. Antihistamin

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Novaya Siantita)

Beberapa obat alergi dan obat tidur yang dijual bebas mengandung diphenhydramine. Obat ini juga dapat meredakan gejala batuk dan hidung meler. Namun, pada tes narkoba, obat ini bisa muncul sebagai methadone, yaitu obat yang membantu orang berhenti menggunakan heroin atau opiat lain dan dapat menyebabkan kecanduan.

Diphenhydramine juga mungkin muncul sebagai phencyclidine (PCP), halusinogen ilegal.

13. Teh koka

Minum teh koka dapat memberikan hasil positif palsu untuk kokain. Teh ini populer di Amerika Selatan dan dibuat dari daun tanaman koka, sumber yang sama dengan asal kokain.

Dalam sebuah penelitian tahun 2006, lima orang meminum teh koka sebelum tes narkoba. Semua peserta dinyatakan positif metabolit kokain 2 jam setelah mengonsumsi teh, dan tiga peserta masih dinyatakan positif kokain setelah 36 jam.

Para peneliti menyimpulkan bahwa para profesional kesehatan harus mempertimbangkan riwayat konsumsi teh koka ketika menafsirkan hasil toksikologi urine.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya