TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Obat Kecemasan dan OCD Bisa Cegah COVID-19 Bergejala Berat 

Obat yang dimaksud adalah fluvoxamine

unsplash.com/hikendal

Belum ada obat yang benar-benar terbukti bisa menyembuhkan pasien COVID-19. Namun, studi terbaru yang dipublikasikan di JAMA Network pada Kamis (12/11/2020), menemukan bahwa obat untuk gangguan kecemasan dan gangguan obsesif kompulsif (OCD) mampu mencegah pasien mengalami gejala yang berat. 

Perlu diketahui bahwa gangguan kecemasan dan OCD merupakan penyakit psikologis. Keduanya biasa ditangani menggunakan obat bernama fluvoxamine. Lalu, seperti apa efeknya terhadap pasien COVID-19? Berikut ini penjelasannya berdasarkan laporan Stat News!

1. Kondisi pasien yang mengonsumsi obat OCD dan gangguan kecemasan tidak bertambah buruk

emedz.net

Studi terbaru yang diterbitkan oleh JAMA Network ini dilakukan oleh peneliti dari Washington University di St. Louis, Amerika Serikat (AS). Mereka mengelompokkan 152 pasien COVID-19 ke dalam dua kelompok.

Sebanyak 80 orang di antaranya diberi obat fluvoxamine untuk gangguan kecemasan dan OCD, sedangkan 72 orang lainnya menggunakan perawatan biasa. 

Dilaporkan oleh Stat News, setelah 15 hari perawatan, kelompok pasien yang mengonsumsi obat tersebut tidak menunjukkan gejala yang lebih buruk daripada sebelumnya. Sementara itu, enam pasien yang tidak mengonsumsi obat mengalami gejala yang lebih buruk. 

Dijelaskan bahwa empat di antaranya harus dirawat di rumah sakit, sedangkan satu orang pasien harus mendapatkan bantuan ventilator untuk bernapas. Jadi, perbedaan kondisi antara pasien yang mengonsumsi fluvoxamine dan yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. 

2. Fluvoxamine mampu mencegah terjadinya badai sitokin

theobjective.com

Para peneliti menjelaskan bahwa fluvoxamine bisa mencegah terjadinya gejala yang lebih buruk karena obat ini mampu mengontrol kerja sistem imun. Dengan begitu badai sitokin yang dikhawatirkan tidak terjadi pada tubuh pasien. 

Sebagai informasi, badai sitokin adalah kondisi ketika sistem imun bereaksi berlebihan terhadap virus. Akhirnya, mereka justru menghancurkan sel lain yang masih sehat. Kondisi inilah yang sering kali memicu terjadinya gejala berat pada pasien COVID-19. 

Baca Juga: Studi: Pasien COVID-19 Alami Penuaan Otak hingga 10 Tahun Lebih Cepat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya