TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mikroplastik Terkait dengan Serangan Jantung, Stroke, dan Kematian

Para peneliti menemukan partikel plastik dalam plak arteri

ilustrasi mikroplastik (flickr.com/Oregon State University)

Intinya Sih...

  • Sebuah studi menemukan mikroplastik dan nanoplastik dalam plak arteri manusia.
  • Mikroplastik dalam plak dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian 4,5 kali lipat.

Plastik dipakai secara luas dalam kehidupan manusia. Misalnya kemasan makanan, ban, pakaian, dan pipa air.

Namun, mikroplastik melepaskan partikel mikroskpis yang berakhir di lingkungan dan dapat tertelan atau terhirup oleh manusia.

Sebuah penelitian terhadap lebih dari 200 orang yang menjalani operasi menemukan bahwa hampir 60 persen memiliki mikroplastik atau bahkan nanoplastik yang lebih kecil di arteri utama (pembuluh darah) mereka. Mereka yang menjalani operasi memiliki kemungkinan 4,5 kali lebih besar untuk mengalami serangan jantung, stroke, atau kematian dalam waktu sekitar 34 bulan setelah operasi dibandingkan dengan orang-orang yang arterinya bebas plastik.

Temuan ini dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine pada 6 Maret 2024.

Baca Juga: Tips Mencegah Serangan Jantung saat Mudik

Menemukan hubungan antara mikroplastik dan kesehatan jantung

ilustrasi plak dalam pembuluh darah arteri (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Tim peneliti memeriksa sampel plak yang diambil dari 257 orang dewasa. Para peserta dianggap berisiko tinggi terkena penyakit jantung dan memerlukan pengangkatan penumpukan plak di arteri karotis, yaitu pembuluh darah di sisi leher yang membawa darah dan oksigen antara jantung dan otak.

Karena para partisipan tetap harus menghilangkan plak tersebut, hal ini menciptakan peluang mudah bagi para peneliti untuk menganalisis sampel dari orang yang masih hidup.

Sebagian besar penelitian yang menemukan mikroplastik di jaringan manusia telah meneliti sampel dari orang yang telah meninggal.

Tim peneliti mendeteksi polietilen, jenis plastik yang paling umum, pada 150 orang, atau sekitar 60 persenpeserta.

Pada sekitar 12 persen juga ditemukan polivinil klorida atau PVC dalam jumlah yang dapat diukur.

Para peneliti menemukan lebih banyak nanoplastik dibandingkan mikroplastik yang bersarang di plak.

Kemudian, para peneliti menindaklanjuti peserta selama sekitar tiga tahun untuk memantau status kesehatan mereka.

Setelah menyesuaikan faktor-faktor yang membuat seseorang berisiko tinggi terkena penyakit jantung, seperti usia yang lebih tua dan memiliki diabetes tipe 2, tim peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki mikroplastik atau nanoplastik di plaknya memiliki kemungkinan 4,5 kali lebih besar terkena stroke atau serangan jantung atau meninggal dalam jangka waktu tiga tahun.

Sebagai studi observasional, penelitian ini hanya menunjukkan hubungan antara plastik dan risiko lebih tinggi terhadap kejadian kardiovaskular atau kematian—tidak membuktikan bahwa keberadaan plastik menyebabkan peningkatan risiko ini.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya