TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Diet Keto Bantu Seimbangkan Hormon pada Pasien PCOS

Selain itu, masih banyak manfaat lainnya

ilustrasi polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik (vecteezy.com/jennmiranda3855832485)

Diet ketogenik atau diet keto adalah salah satu diet terpopuler dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, menurut Google Trends, ini adalah diet yang paling banyak dicari di Amerika Serikat pada tahun 2020 dengan 25,4 juta penelusuran unik. Beberapa selebriti yang mengaku pernah menjalani diet keto antara lain Halle Berry, Kourtney Kardashian, Gwyneth Paltrow, hingga Vanessa Hudgens.

Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam Journal of the Endrocine Society pada 7 September 2023, ditemukan bahwa diet keto bisa menurunkan kadar testosteron pada perempuan yang mengidap sindrom ovarium polikistik (PCOS), yang pada akhirnya bisa meningkatkan kesuburan. Ini buktinya!

Baca Juga: 7 Pilihan Pengobatan untuk Perempuan dengan PCOS

1. Mengenal diet keto terlebih dahulu

Dalam diet keto, lemak adalah sumber energi utama dan asupan karbohidrat dibatasi serendah mungkin (antara 5–10 persen). Pengurangan karbohidrat menempatkan tubuh ke dalam kondisi metabolisme yang disebut ketosis.

Dilansir EatingWell, ketosis adalah ketika tubuh mulai memecah lemak yang disimpan menjadi molekul yang disebut badan keton untuk digunakan sebagai energi tanpa mengedarkan gula darah dari makanan.

Sumber lemak pada diet keto berasal dari daging (sapi, ayam, babi), telur, ikan laut, keju, yoghurt, mentega, alpukat, minyak zaitun, dan kacang-kacangan. Sementara itu, sayuran yang dikategorikan "keto friendly" adalah brokoli, kembang kol, bayam, selada, mentimun, kubis, asparagus, seledri, buncis, pakcoi, lobak, kale, dan arugula.

2. Diet keto jangka pendek memperbaiki ketidakseimbangan hormon pada pasien PCOS

ilustrasi daging, salah satu makanan yang diperbolehkan dalam diet keto (pixabay.com/LuckyLife11)

Perempuan dengan PCOS mengalami ketidakseimbangan hormonal, yang ditandai dengan hiperandrogenisme atau peningkatan kadar testosteron. Ini bisa menyebabkan tumbuhnya rambut berlebihan pada tubuh dan wajah, siklus menstruasi yang tidak teratur, membuat suara menjadi dalam (deep voice), hingga infertilitas.

Kembali pada studi, perempuan yang menjalani diet keto jangka pendek (sekitar 45 hari) mengalami penurunan hormon testosteron dan peningkatan kadar hormon reproduksi, yang memengaruhi kesuburan secara positif. Selain itu, diet keto juga membuat siklus menstruasi lebih teratur, mengurangi hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebih), dan jerawat.

Baca Juga: 6 Hal yang Perlu Diketahui sebelum Memulai Diet Keto

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya