TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Delirium: Jenis, Penyebab, Gejala, Pengobatan

Merupakan perubahan serius dalam kemampuan mental

ilustrasi delirium (pexels.com/SHVETS production)

Intinya Sih...

  • Delirium adalah kondisi mental yang menyebabkan kebingungan, disorientasi, dan tidak mampu berpikir atau mengingat dengan jelas.
  • Ada tiga jenis utama delirium: hiperaktif, hipoaktif, dan campuran.
  • Delirium cenderung umum terjadi pada lansia.

Delirium adalah kondisi mental ketika kamu merasa bingung, disorientasi, dan tidak mampu berpikir atau mengingat dengan jelas. Biasanya ini dimulai secara tiba-tiba.

Kamu bisa mengalami delirium karena penyakit, infeksi, efek samping pengobatan, atau alasan lainnya.

Delirium adalah kondisi serius, tetapi sering kali bersifat sementara. Dokter bisa mengobati delirium dengan menemukan dan mengobati penyebab yang mendasarinya.

1. Jenis

Ada tiga jenis utama delirium:

  • Hiperaktif: Delirium hiperaktif menunjukkan kegelisahan, mudah tersinggung, gugup, dan agitasi. Dalam beberapa kasus, agresi dapat terjadi.
  • Hipoaktif: Orang yang mengalami delirium hipoaktif mungkin tampak tenang, apatis, dan/atau sangat mengantuk. Mereka mungkin berbicara atau bergerak lebih lambat dari biasanya.
  • Campuran: Delirium campuran melibatkan kombinasi gejala delirium hiperaktif dan hipoaktif.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa delirium hipoaktif lebih sering terjadi dibandingkan delirium hiperaktif. Namun, ini sering diabaikan karena tidak terlihat jelas di lingkungan rumah sakit.

Delirium cenderung umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, terutama di rumah sakit. Menurut beberapa perkiraan, hingga 30 persen lansia yang dirawat di rumah sakit mengalami delirium.

2. Gejala

ilustrasi delirium (unsplash.com/Ehimetalor Akhere Unuabona)

Tanda dan gejala delirium biasanya dimulai dalam beberapa jam atau beberapa hari. Gejala sering berfluktuasi sepanjang hari, dan mungkin ada periode tanpa gejala. Gejala cenderung lebih buruk pada malam hari saat gelap dan hal-hal terlihat kurang familier.

Tanda dan gejala utama delirium termasuk:

Berkurangnya kesadaran akan lingkungan

  • Ketidakmampuan untuk tetap fokus pada suatu topik atau beralih topik.
  • Terjebak dalam sebuah ide daripada menanggapi pertanyaan atau percakapan.
  • Mudah teralihkan oleh hal-hal yang tidak penting.
  • Menarik diri, dengan sedikit atau tanpa aktivitas atau sedikit respons terhadap lingkungan.

Kemampuan berpikir yang buruk (gangguan kognitif)

  • Memori buruk, terutama tentang peristiwa baru-baru ini.
  • Disorientasi, misalnya tidak tahu di mana sedang berada atau tidak bisa mengenali diri sendiri.
  • Kesulitan berbicara atau mengingat kata-kata.
  • Bicara bertele-tele.
  • Kesulitan memahami ucapan.
  • Kesulitan membaca atau menulis.

Perubahan perilaku

  • Melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi).
  • Gelisah, agitasi, atau perilaku agresif.
  • Memanggil, mengerang, atau membuat suara lain.
  • Menjadi pendiam dan menarik diri, terutama pada lansia.
  • Gerakan melambat atau kelesuan.
  • Kebiasaan tidur yang terganggu.
  • Pembalikan siklus tidur-bangun pagi-malam hari.

Gangguan emosi

  • Kecemasan, ketakutan, atau paranoia.
  • Depresi.
  • Iritabilitas atau kemarahan.
  • Perasaan gembira (euforia).
  • Apati.
  • Perubahan suasana hati yang cepat dan tidak terduga.
  • Perubahan kepribadian.

3. Perbedaan delirium dan demensia

Demensia dan delirium dapat memiliki beberapa gejala yang sama, seperti masalah ingatan dan penalaran, agitasi dan delusi, dan ada hubungan antara kedua gangguan tersebut:

  • Orang dengan demensia mungkin mengalami episode delirium, terutama pada tahap akhir penyakitnya.
  • Orang yang mengalami delirium mungkin berisiko lebih tinggi terkena demensia.

Seseorang bisa mengalami delirium dan demensia secara bersamaan (delirium sering terjadi pada orang dengan demensia.

Berikut ini dua perbedaan utama delirium dan demensia:

  • Delirium dimulai secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan halusinasi. Ini terutama merupakan masalah perhatian dan kewaspadaan. Gejalanya bisa membaik atau memburuk dan bisa berlangsung berjam-jam atau berminggu-minggu.
  • Demensia berkembang perlahan dan tidak menimbulkan halusinasi. Biasanya dimulai dengan kehilangan ingatan. Gejalanya tidak sering berubah, seperti halnya delirium. Demensia hampir tidak pernah membaik.

4. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi alkoholisme (pexels.com/Nicola Barts)

Ada banyak masalah berbeda yang dapat menyebabkan delirium. Beberapa penyebab yang lebih umum termasuk:

  • Alkohol atau obat-obatan, baik dari keracunan atau withdrawal. Ini termasuk jenis sindrom penarikan alkohol yang serius yang disebut delirium tremens. Biasanya terjadi pada orang yang berhenti minum setelah bertahun-tahun penyalahgunaan alkohol.
  • Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
  • Demensia.
  • Rawat inap, terutama dalam perawatan intensif.
  • Infeksi, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia, dan flu.
  • Efek samping obat, seperti obat penenang atau opioid. Bisa juga akibat withdrawal setelah berhenti minum obat.
  • Gangguan metabolisme.
  • Gagal organ, seperti gagal ginjal atau hati.
  • Keracunan.
  • Penyakit serius.
  • Sakit parah.
  • Kurang tidur.
  • Operasi, termasuk reaksi terhadap anestesi.

Faktor-faktor tertentu menempatkan kamu pada risiko delirium. Ini termasuk:

  • Berada di rumah sakit atau panti jompo.
  • Demensia.
  • Memiliki penyakit berat atau lebih dari satu penyakit.
  • Mengalami infeksi.
  • Usia yang lebih tua.
  • Operasi.
  • Menggunakan obat-obatan yang memengaruhi pikiran atau perilaku.
  • Mengonsumsi obat pereda nyeri dosis tinggi, seperti opioid.

Baca Juga: Delirium Tremens: Penyebab, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan

5. Diagnosis

Dokter mungkin menggunakan banyak alat untuk membuat diagnosis:

  • Riwayat kesehatan, termasuk menanyakan gejala.
  • Pemeriksaan fisik dan neurologis.
  • Tes status mental, memeriksa masalah pada pemikiran dan kewaspadaan.
  • Tes pencitraan laboratorium dan diagnostik.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

ilustrasi pasien (flickr.com/NIH Clinical Center)

Secara umum, ketika masalah yang menyebabkan delirium ditangani, periode pemulihan akan lebih cepat.

Tingkat pemulihan juga berperan. Jika status kesehatannya baik sebelum mengalami delirium, maka akan lebih mungkin untuk pulih sepenuhnya dalam waktu yang lebih singkat.

Pada orang  dengan penyakit serius, delirium dapat menyebabkan komplikasi berikut ini:

  • Pneumonia aspirasi.
  • Ulkus dekubitus atau luka tekanan.
  • Kelemahan, penurunan mobilitas, dan penurunan fungsi.
  • Jatuh dan perilaku agresif yang menyebabkan cedera dan patah tulang.
  • Malnutrisi, kelainan cairan dan elektrolit.
  • Gangguan kognitif jangka panjang. Banyak bukti menunjukkan bahwa delirium tidak hanya merupakan kebingungan akut yang bersifat sementara dan reversibel, tetapi juga dapat menyebabkan gangguan kognitif jangka panjang yang persisten.
  • Peningkatan angka kematian.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya