TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Polip Rahim, Apakah Bisa Berkembang Menjadi Kanker?

Paling sering dialami perempuan antara usia 40 dan 49 tahun

ilustrasi perempuan dengan polip rahim (pexels.com/Artem Podrez)

Polip rahim, yang juga disebut polip endometrium, adalah berlebih dari endometrium (lapisan rahim terdalam) di rongga rahim.

Ukuran polip bisa beberapa milimeter (misalnya seukuran biji wijen) hingga beberapa sentimeter (setara bola golf atau lebih besar). Polip menempel pada dinding rahim dengan alas yang besar atau batang yang tipis. Bisa ada satu atau beberapa polip rahim. Polip biasanya tinggal di dalam rahim, tetapi bisa juga menyelinap melalui serviks ke dalam vagina.

1. Penyebab

Penyebab polip tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan kadar estrogen yang tinggi dapat berperan dalam perkembangannya. Obesitas juga bisa menjadi faktor risiko karena jumlah estrogen yang dilepaskan oleh sel lemak tubuh lebih banyak.

Ada pula pengaruh usia. Polip jarang terjadi pada perempuan yang usianya di bawah 20 tahun. Menurut studi, angka kejadiannya memuncak antara usia 40 dan 49 tahun (SAGE Open Medicine, 2019).

Walaupun risiko polip secara bertahap berkurang setelah menopause, tetapi saat kadar estrogen turun secara alami, kamu mungkin berisiko mengembangkannya jika menggunakan terapi tamoxifen. Faktanya, mengutip laman Columbia Doctors, diperkirakan antara 8 dan 36 persen perempuan pascamenopause yang menggunakan terapi ini mengembangkan polip rahim.

Dimungkinkan juga memiliki lebih dari satu polip rahim. Beberapa bisa tumbuh di sepanjang bagian bawah rahim, memanjang dari serviks.

2. Gejala

ilustrasi polip rahim (commons.wikimedia.org/BruceBlaus)

Menurut British Menopause Society, banyak perempuan dengan polip rahim tidak memiliki gejala apa pun. Pada beberapa perempuan lainnya, gejala berikut ini mungkin hadir:

  • Pendarahan menstruasi yang tidak biasa, misalnya dengan jumlah yang bervariasi dan sering dan interval yang tidak dapat diprediksi.
  • Pendarahan di antara periode menstruasi.
  • Periode menstruasi yang sangat berat.
  • Keputihan yang tidak normal.
  • Pendarahan vagina setelah menopause.

3. Apakah polip rahim bisa menjadi kanker?

Polip rahim biasanya jinak. Mereka mungkin bersifat kanker atau prakanker. Namun, kemungkinan mengembangkan polip rahim ganas tergolong rendah.

Sebuah tinjauan sistematis dan metaanalisis memeriksa 51 studi yang melaporkan data 35.345 orang. Tim peneliti menemukan bahwa prevalensi keseluruhan polip rahim ganas adalah 2,73 persen (European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology, 2019).

Mereka juga menemukan bahwa kemungkinan kanker kurang umum pada perempuan pramenopause, dengan prevalensi 1,12 persen. Angka ini meningkatkan menjadi 4,93 persen para perempuan pascamenopause.

Kemungkinan kannker meningkat jika polip menimbulkan gejala. Kemungkinan kanker adalah 5,14 persen pada orang-orang yang mengalami gejala dan 1,89 persen pada mereka yang tidak.

Baca Juga: Polip Usus: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

4. Diagnosis

ilustrasi dokter spesialis obstetri ginekologi (freepik.com/freepik)

Pertama-tama, dokter akan meninjau riwayat kesehatan dan menanyakan gejala. Para perempuan pascamenopause, dokter mungkin bertanya apakah terdapat pendarahan atau bercak darah. Dokter juga akan menanyakan obat apa yang sedang digunakan.

Apabila masih menstruasi, dokter akan menanyakan tentang siklus menstruasi secara spesifik, berapa lama menstruasi berlangsung, dan seberapa sering mengalaminya. Dokter juga mungkin bertanya apakah kamu mengalami kesulitan untuk hamil.

Pemeriksaan ginekologi juga juga dilakukan, termasuk pemeriksaan panggul dan Pap smear. Dokter mungkin memesan tes atau prosedur tambahan untuk memastikan bahwa pertumbuhan yang terjadi adalah polip.

Dilansir Cleveland Clinic, tes-tes ini mungkin termasuk:

  • USG transvaginal: Dokter memasukkan perangkat transduser ultrasound ke dalam vagina. Perangkat memancarkan gelombang suara yang memberikan gambaran bagian dalam rahim, termasuk masalah yang mungkin ada.
  • Sonohysterography: Setelah USG transvaginal, dokter dapat mengirimkan cairan steril ke dalam rahim melalui tabung tipis yang disebut kateter. Cairan tersebut menyebabkan rahim membesar, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang setiap pertumbuhan di dalam rongga rahim selama USG.
  • Histeroskopi: Dokter memasukkan tabung panjang dan tipis dengan histeroskop melalui vagina dan leher rahim ke dalam rahim. Histeroskop memungkinkan dokter untuk memeriksa bagian dalam rahim. Histeroskopi kadang digunakan dalam kombinasi dengan operasi untuk mengangkat polip rahim. Histeroskopi memungkinkan dokter untuk memeriksa polip rahim lebih jelas.
  • Biopsi endometrium: Dokter menggunakan alat plastik lembut untuk mengumpulkan jaringan dari dinding bagian dalam rahim. Sampel diuji di laboratorium untuk mendeteksi sel abnormal.
  • Kuretase: Dokter menggunakan alat logam panjang (kuret) untuk mengumpulkan jaringan dari dinding bagian dalam rahim. Kuret memiliki lingkaran kecil di ujungnya yang digunakan untuk mengikis jaringan atau polip. Jaringan atau polip yang diangkat dapat dikirim ke laboratorium untuk pengujian guna menentukan apakah terdapat sel kanker.

5. Perawatan

Polipektomi adalah prosedur untuk mengangkat polip. Cara paling efektif untuk melakukan polipektomi adalah melalui histeroskopi, ketika kamera kecil ditempatkan di dalam rahim untuk visualisasi. Ini biasanya dilakukan di ruang operasi dengan anestesi.

Pada perempuan tidak subur dengan polip rahim, pengangkatan bisa meningkatkan kesuburan. Dengan tidak adanya faktor risiko hiperplasia endometrium atau kanker (obesitas, usia tua, riwayat kanker payudara, hipertensi, dan diabetes), polip asimtomatik ≤2 cm pada perempuan pramenopause kemungkinan besar akan hilang. Oleh karena itu, pasien ini dapat memilih untuk pemantauan secara ketat daripada menjalani operasi.

Sebagian besar pasien dengan gejala akan mengalami perbaikan setelah pengangkatan. Sebagian besar (>95 persen) polip rahim bersifat jinak, tetapi perempuan yang mengalami gejala perdarahan atau pascamenopause lebih cenderung memiliki polip kanker atau prakanker.

Setelah pengangkatan, polip bisa kambuh. Selain mengurangi faktor risiko seperti obesitas, progestin oral atau alat kontrasepsi dalam rahim yang melepaskan progestin dapat digunakan untuk mencegah kekambuhan. Ablasi endometrium juga merupakan pilihan bagi perempuan sudah tidak lagi subur.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya