TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Kehamilan Berisiko Tinggi, Ini Penjelasan Dokter

Banyak faktor bisa memengaruhi kehamilan

ilustrasi hamil (unsplash.com/freestocks)

Kehamilan merupakan salah satu fase yang paling penting dalam kehidupan. Sayangnya, tidak semua kehamilan berjalan lancar. Beberapa perempuan mungkin mengalami apa yang disebut sebagai kehamilan risiko tinggi. 

Kondisi ini akan membuat perempuan mengalami masalah kehamilan, kehamilan menjadi lebih rumit, dan berpotensi menimbulkan komplikasi. Dengan mengetahui tanda-tanda dan cara mengatasinya, kamu bisa mencegah kehamilan risiko tinggi. 

1. Apa itu kehamilan risiko tinggi?

Kehamilan risiko tinggi terjadi ketika ada faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi baik bagi ibu maupun janin.

Menurut dr. Novan Satya Pamungkas, Sp.OG, Subsp. KFM​, dokter spesialis kebidanan dan kandungan subspesialis kedokteran fetomaternal​ RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, ​terjadi peningkatan prevalensi kehamilan risiko tinggi selama beberapa tahun terakhir. 

"Pada kehamilan risiko tinggi, ibu, janin, atau bayi baru lahir mempunyai risiko morbiditas atau mortalitas yang meningkat sebelum atau sesudah persalinan," ungkap dr. Novan dalam acara temu media RS Pondok Indah pada Selasa (20/2/2024) di Jakarta. 

Karena risiko tersebut, kamu mungkin memerlukan tes medis tambahan selama kehamilan. Dokter akan memeriksa apakah kamu mengalami masalah kesehatan yang membahayakan atau tidak. 

2. Penyebab kehamilan risiko tinggi

ilustrasi hipertensi (pixabay.com/38308446)

Dokter Novan memaparkan bahwa kehamilan risiko tinggi umumnya dialami oleh perempuan umur 30–38 tahun.

Untuk faktor umur, kehamilan pada perempuan yang berusia di bawah 20 tahun juga dikategorikan sebagai kehamilan risiko tinggi.

Beberapa penyebab kehamilan tinggi termasuk:

  • Hipertensi; bisa menyebabkan preeklampsia.
  • Diabetes; menyebabkan diabetes gestasional.
  • Keguguran yang berulang (lebih dari tiga kali).
  • Kehamilan di atas usia 35 tahun.
  • Obesitas.
  • Defisiensi nutrisi; contohnya kekurangan sel darah merah.
  • Penyakit autoimun.
  • Masalah plasenta; contohnya plasenta previa yang mana plasenta menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim.

"Faktor gaya hidup, seperti konsumsi alkohol atau perokok, juga punya peran penting dalam meningkatkan risiko kehamilan," dr. Novan menambahkan. 

Baca Juga: Hamil Bisa Mengubah Risiko Terkena 6 Penyakit Ini

3. Tanda-tanda bahaya saat kehamilan

Ada beberapa tanda peringatan atau warning sign yang harus diwaspadai oleh ibu hamil untuk menjaga keselamatan dirinya dan janin.

Jika mengalami salah satu tanda di bawah ini, penting untuk segera menghubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Beberapa tandanya meliputi:

  • Demam lebih dari 38,5 derajat Celcius atau lebih dari 24 jam​.
  • Sakit kepala dan pandangan kabur. 
  • Pembengkakan pada tubuh dan bengkak pada wajah.
  • Palpitasi (jantung berdenyut kencang), mudah lelah, dan sesak napas saat istirahat. 
  • Sakit di perut. 
  • Pendarahan vagina atau keputihan encer. 
  • Gerakan janin berkurang. 

"Kalau ibu hamil sudah pusing dan pandangan kabur, bisa jadi tanda preeklamsia. Mesti hati-hati," dr. Novan mengingatkan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya