ilustrasi anoreksia nervosa (patientslounge.com)
Dilansir Mayo Clinic, meskipun penyebab pasti anoreksia belum diketahui pasti, tetapi kemungkinan gangguan makan ini merupakan kombinasi antara beberapa faktor, yaitu:
Meskipun belum jelas gen mana yang terlibat, mungkin ada perubahan genetik yang membuat beberapa orang lebih berisiko mengembangkan anoreksia. Beberapa orang mungkin punya kecenderungan genetik yang mengarah pada perfeksionisme, sensitivitas, dan kegigihan—semua sifat yang terkait dengan anoreksia.
Beberapa orang dengan anoreksia mungkin memiliki kepribadian obsesif kompulsif yang mungkin membuat mereka lebih mudah untuk mengikuti diet ketat dan tidak makan meskipun lapar.
Mereka punya dorongan ekstrem untuk perfeksionisme, yang membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak pernah cukup kurus. Mereka juga mungkin memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan membatasi asupan makanan untuk menguranginya.
Budaya dapat memengaruhi, misalnya tubuh kurus yang dianggap ideal. Sukses dan perasaan merasa berharga juga sering dihubungkan dengan tubuh kurus. Tekanan teman sebaya bisa menyebabkan seseorang ingin bertubuh kurus, terutama di kalangan gadis-gadis muda.
Menambahkan dari Johns Hopkins Medicine, anoreksia memiliki dua subtipe, yaitu:
- Tipe restrictor. Orang-orang dengan jenis anoreksia ini sangat membatasi jumlah makanan yang mereka makan. Ini biasanya meliputi makanan tinggi karbohidrat dan lemak.
- Tipe bulimia (makan berlebihan dan mengeluarkan apa yang dimakan). Pengidap anoreksia jenis ini makan makanan dalam jumlah banyak lalu membuat diri mereka memuntahkan makanan tersebut secara sengaja. Metode pengeluaran makanan ini bisa dengan obat pencahar atau metode lainnya untuk membersihkan usus mereka.
ilustrasi anorexia nervosa (hopkinsmedicine.org)
Selain itu, ada pula beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan anoreksia. Anoreksia lebih umum pada perempuan. Akan tetapi, laki-laki pun juga bisa mengalaminya dan angkanya tercatat makin banyak, kemungkinan diakibatkan oleh meningkatnya tekanan sosial.
Anoreksia juga lebih umum dialami usia remaja. Namun, usia berapa pun bisa mengembangkan gangguan makan ini, walaupun memang jarang dialami oleh orang-orang yang berusia di atas 40 tahun.
Remaja mungkin lebih berisiko karena semua perubahan pada tubuhnya selama masa pubertas. Remaja juga menghadapi peningkatan tekanan dari teman sebaya dan lebih sensitif terhadap kritik, bahkan komentar biasa tentang berat badan atau bentuk tubuh.
Beberapa faktor risiko untuk anoreksia meliputi:
Perubahan gen tertentu bisa menempatkan beberapa orang pada risiko anoreksia yang lebih tinggi. Mereka yang punya kerabat tingkat pertama (orangtua, saudara kandung, atau anak) yang punya gangguan tersebut memiliki risiko anoreksia yang jauh lebih tinggi.
Diet adalah faktor risiko untuk mengembangkan gangguan makan. Ada bukti kuat bahwa banyak gejala anoreksia sebenarnya adalah gejala kelaparan.
Kelaparan memengaruhi otak dan memengaruhi perubahan suasana hati, kekakuan dalam berpikir, kecemasan, dan penurunan nafsu makan. Kelaparan dan penurunan berat badan dapat mengubah cara kerja otak pada individu yang rentan, yang dapat "melanggengkan" perilaku makan yang membatasi dan menyulitkan untuk kembali ke kebiasaan makan yang normal.
Apakah itu sekolah, rumah, atau pekerjaan baru; atau putusnya hubungan; orang tercinta mengalami sakit parah atau meninggal dunia, perubahan besar bisa menyebabkan stres emosional dan meningkatkan risiko anoreksia.