Dokter harus melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis banding dan menilai bagaimana pelekatan dan posisi saat menyusui sebelum tindakan bedah.
"Dari anamnesis, kita mesti menanyakan bagaimana kondisi prenatalnya, bagaimana intra dan postpartum-nya, bagaimana riwayat menyusuinya, apakah pernah dilakukan operasi pada payudaranya, apa yang menyebabkannya, apakah gangguan dari anatomi payudaranya, kemudian bagaimana riwayat keluarganya," jelasnya.
Proses ini juga menjadi penting untuk menilai bagaimana nutrisi bayi, apakah ada sesuatu yang yang tidak normal, sedang batuk tersedak, muntah dan lain sebagainya.
Kemudian dari pemeriksaan fisik, tim medis harus menilai inspeksi wajah, leher sampai orofaring. Kemudian adakah faktor-faktor yang mungkin dapat mengganggu proses menyusui seperti dismorfik, micrognathia, retrognathia dan kondisi abnormal lainnya.
Tim medis juga perlu menilai gerakan lidah bayi dan koordinasinya, termasuk apakah saat dijulurkan lidahnya berbentuk seperti hati.
Mereka juga harus menganalisis apakah ini proses menyusu yang tidak efektif atau pertumbuhannya terhambat, misalnya karena infeksi, penyakit jantung bawaan dan lain sebagainya.
"Harus dinilai benar-benar dengan simultan, apakah ini perlu dipotong/diinsisi atau tidak. Tata laksananya bisa dengan pembedahan. Tapi nomor satu, kalau kita menemukan tongue tie kita harus mendukung laktasi dulu untuk mengatasi kesulitan menyusui. Kalau tidak bisa juga, baru mungkin kita lakukan pembedahan," tambah dr. Naomi.