ilustrasi obat sirop (pexels.com/cottonbro studio)
Konsumsi obat batuk adalah salah satu solusi mengobati gejala batuk pada COVID-19. Berdasarkan fungsinya, obat batuk dapat terbagi menjadi:
- Antitusif: Mengurangi refleks batuk.
- Ekspektoran: Memicu produksi lendir dan batuk untuk mengeluarkan dahak.
- Mukolitik: Menghancurkan struktur dahak yang kental agar lebih mudah dikeluarkan.
Dokter Inggrid mengingatkan bahwa tiga klasifikasi obat batuk tersebut ditujukan untuk obat batuk non-herbal. Ini karena obat batuk non-herbal tidak bisa bekerja ganda dan hanya bisa menghasilkan satu efek.
Ia pun mengingatkan bahwa obat batuk non-herbal memiliki efek samping. Umumnya, obat batuk antitusif bekerja dalam sistem saraf, sehingga dapat menyebabkan kantuk.
Selain kantuk, gejala seperti pusing, gangguan pencernaan, dan hidung meler (rinorea) juga dapat terjadi. Bahkan, penyempitan bronkus (bronkuspasme) juga dapat terjadi sehingga konsumsi obat batuk untuk mereka dengan komorbiditas asma perlu diwaspada.
ilustrasi obat herbal (pexels.com/freestocks.org)
Bagaimana dengan obat batuk herbal? Karena berasal dari bahan alami, Dr. Inggrid mengatakan bahwa efek sampingnya lebih minim (jika dikonsumsi dengan cara yang benar). Selain itu, bahan pada obat batuk herbal memiliki khasiat menyeluruh untuk batuk kering, berdahak, maupun non-spesifik.
"Obat herbal cukup aman untuk dipakai dalam jangka panjang," kata Dr. Inggrid.
Ia lalu menjabarkan beberapa bahan obat herbal yang paling umum untuk mengobati gejala batuk, termasuk pada pasien COVID-19. Jadi, apa saja bahan-bahan obat herbal yang bisa digunakan?