Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang yang terkena rabies
ilustrasi orang yang terkena rabies (unsplash.com/Alexander Grey)

Salah satu mimpi buruk bagi banyak pemilik hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing adalah, ialah mendapati mereka terpapar virus rabies. Biasanya, hal ini ditandai dengan sejumlah gejala, salah satunya yang paling mencolok ialah perubahan sikap. Dilansir News-Medical, jika biasanya hewan peliharaan bersikap ramah pada pemilik, anjing atau kucing yang terpapar rabies justru cenderung bertindak agresif dan mengeluarkan air liur berlebihan.

Well, rabies sebetulnya gak hanya menyerang anjing dan kucing, melainkan juga beberapa hewan lain, seperti kelelawar, monyet, sigung, rakun, bahkan serigala. Lebih parahnya lagi, rabies juga bisa menular dari hewan ke manusia. Lantas apakah rabies pada manusia bisa disembuhkan?

1. Rabies hanya menular melalui kontak langsung

ilustrasi anjing yang terpapar rabies (unsplash.com/Tamas Tuzes-Katai)

Rabies merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus rabies (RAVB) dan menjangkiti hewan berdarah panas, seperti anjing, kucing, kelelawar, monyet, serigala, dan beberapa hewan lainnya. Dilansir Mayo Clinic, sama seperti penyakit zoonosis lain, rabies bukan hanya menjangkit hewan, melainkan juga bisa menular ke manusia. Kabar baiknya, penularan rabies gak semudah flu atau COVID-19 yang bisa menyebar lewat udara. Untuk bisa menjangkiti manusia, virus rabies butuh kontak langsung dari hewan ke manusia.

Biasanya, virus rabies menular melalui gigitan atau cakaran. Pada kasus yang lebih jarang, rabies juga menular ketika hewan yang terjangkit menjilat luka di tubuh manusia. Ketika hewan yang terinfeksi rabies menggigit seseorang, virus akan masuk melalui luka gigitan, lalu bergerak menuju sistem saraf pusat. Jika gak segera mendapatkan penanganan, virus akan mencapai otak, lalu menyebabkan kerusakan yang berakhir dengan kematian.

2. Gejala awal rabies mirip dengan flu

ilustrasi orang yang terpapar rabies (unsplash.com/Olga Kononenko)

Biasanya, ketika kita terjangkit virus, kita akan mengalami berbagai gejala dalam waktu relatif singkat. Namun, virus rabies gak bekerja dengan cara yang sama. Setelah berhasil masuk ke tubuh manusia, virus rabies bergerak lamban menuju organ, seperti otak atau sumsum tulang belakang tempat sistem saraf pusat berada. Dilansir Medical News Today, gejala rabies sendiri bisa muncul dalam waktu 1 minggu, bahkan baru muncul setelah 1 tahun setelah terpapar. Kemunculan gejala sangat tergantung pada berapa banyak virus yang berhasil masuk ke tubuh dan lokasi terjadinya gigitan.

Semakin dekat lokasi gigitan dengan otak, gejalanya akan semakin cepat muncul. Meski begitu, umumnya gejala rabies muncul antara 2–3 bulan setelah terpapar. Gejalanya meliputi demam di atas 38 derajat celsius, sakit kepala, cemas, tidak enak badan, sakit tenggorokan, batuk, muntah, dan rasa gak nyaman pada gigitan. Ketika virus sudah mencapai otak, pasien akan mengalami gejala yang lebih parah, seperti mengalami kebingungan, kelumpuhan sebagian, kejang, sulit bernapas, air liur berlebihan, takut pada air, halusinasi, takut pada cahaya, koma, dan kematian.

3. Apakah rabies bisa disembuhkan?

ilustrasi orang mendapatkan vaksin (unsplash.com/Mufid Majnun)

Normalnya, pengobatan suatu penyakit baru dilakukan setelah gejalanya muncul. Namun, hal itu gak berlaku bagi rabies. Sebaliknya, pengobatan rabies harus dilakukan dengan cepat sebelum gejalanya muncul. Pasalnya, jika gejala sudah muncul, itu artinya virus sudah menjangkit sistem saraf pusat. Jika sudah begitu, rabies gak mungkin bisa disembuhkan. Dilansir Medical News Today, kabar baiknya, orang yang sudah digigit tetap bisa mencegah virus rabies untuk mencapai sistem saraf pusat. Jadi, segera setelah digigit, cuci bagian luka dan area sekitarnya secara menyeluruh dengan menggunakan air dan sabun minimal selama 15 menit. Setelah itu, segera pergilah ke rumah sakit untuk melakukan penanganan darurat yang disebut dengan postexposure prophylaxis (PEP).

Penanganan darurat atau PEP ini meliputi suntikan imunoglobulin rabies (HRIG) untuk mencegah virus menginfeksi tubuh dan biasanya dilakukan di area dekat gigitan. Selain itu, pasien juga akan mendapatkan vaksinasi rabies yang disuntikkan di lengan. Jika belum pernah mendapatkan vaksinasi rabies sebelumnya, pasien akan mendapatkan empat suntikan vaksin dalam kurun waktu 1 bulan dan suntikan kelima jika memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Sementara, orang yang sudah melakukan vaksinasi rabies sebelumnya hanya akan mendapatkan dua suntikan vaksin dalam jangka waktu 3 hari setelah terpapar.

Rabies memang bukan penyakit kaleng-kaleng dan bisa berakibat fatal. Namun, penanganan cepat bisa membantu mencegah virus bergerak ke sistem saraf pusat dan menyelamatkan nyawa orang yang terpapar. Bagi kamu yang akan bepergian ke negara dengan paparan rabies tinggi, bekerja dengan hewan, atau memiliki hewan peliharaan, vaksinasi rabies sangatlah dibutuhkan, baik untuk hewan peliharaan maupun orang yang berinteraksi. Jika kamu tergigit hewan, terutama hewan liar, penting untuk selalu beranggapan bahwa kamu sudah terpapar rabies dan lakukan pengobatan ke rumah sakit dengan cepat untuk berjaga-jaga.

Referensi
“About Rabies”. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses September 2025.
“Healthdirect: Rabies”. Healthdirect Australia. Diakses September 2025.
“Rabies”. Cleveland Clinic. Diakses September 2025.
“Rabies: Causes, Symptoms & Treatment”. Mayo Clinic. Diakses September 2025.
“Rabies in Animals”. News-Medical. Diakses September 2025.
“Rabies: Fact Sheet”. World Health Organization (WHO). Diakses September 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎