ilustrasi operasi atau pembedahan (unsplash.com/Jafar Ahmed)
Apedisitis bukan kondisi yang bisa dianggap remeh, karena ada risiko usus buntu bisa pecah dan menyebabkan infeksi serius yang bisa berdampak fatal. Oleh sebab itu, pada hampir semua situasi, penyedia layanan kesehatan akan menyarankan pasien segera dioperasi untuk mengangkat usus buntunya yang mengalami peradangan.
Usus buntu atau apendiks bisa diangkat dengan menggunakan prosedur seperti:
- Metode operasi terbuka (tradisional): Pasien akan diberi anestesi dan sayatan akan dibuat di sisi kanan bawah perutnya. Setelah dokter bedah menemukan usus buntu, ia akan langsung mengeluarkannya. Jika usus buntu pecah, maka tabung kecil (pirau) bisa dipasang untuk mengeluarkan nanah dan cairan lain di perut. Pintasan akan diambil dalam beberapa hari, ketika ahli bedah merasa infeksinya telah menghilang.
- Metode laparoskopi: Pasien akan diberi anestesi. Operasi ini menggunakan beberapa sayatan kecil dan kamera (laparoskop) untuk melihat ke dalam perut pasien. Alat bedah akan ditempatkan melalui beberapa sayatan kecil. Laparoskop dipasang melalui sayatan lain. Laparoskopi sering kali bisa dilakukan bahkan jika usus buntu pecah.
Bila usus buntu pasien tidak pecah, proses pemulihan biasanya cuma makan waktu beberapa hari. Akan tetapi, bila sampai pecah, maka waktu pemulihannya bisa lebih lama dan pasien akan memerlukan antibiotik.
Itulah informasi seputar penyebab, gejala, diagnosis, risiko komplikasi, dan penanganan apendisitis. Segera cari pertolongan medis bila mengalami gejala apendisitis, karena penyakit ini merupakan kondisi darurat medis. Semakin cepat ditangani, maka makin besar pula peluang kesembuhan dan terhindar dari komplikasi fatal.