Menurutnya, ASI memiliki komposisi yang sangat unik karena dibuat langsung oleh tubuh ibu, menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik sang bayi.
"Desain ASI untuk masing-masing anak itu berbeda. Dibuat oleh ibunya untuk anaknya,” tambahnya.
Inilah yang membuat ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi dibanding susu formula atau sumber nutrisi lainnya.
Salah satu alasan utama mengapa ASI mampu melindungi dari alergi adalah karena penyerapannya yang sangat baik di sistem pencernaan bayi. Usus bayi baru lahir masih sangat sensitif dan mudah mengalami luka mikro atau microtears jika harus bekerja keras mencerna zat yang sulit diserap, dr. Tiara menjelaskan.
"Ketika ASI itu masuk ke dalam tubuh anak, penyerapannya sangat baik, dan itu tidak akan menimbulkan microtears di usus," ujarnya.
Microtears pada usus bayi bisa menjadi pintu masuk bagi zat asing yang berpotensi memicu reaksi alergi. Karena ASI mudah diserap dan tidak menimbulkan iritasi pada lapisan usus, risiko terjadinya respons imun berlebihan dapat ditekan.
Dengan kata lain, pemberian ASI membantu menjaga integritas dinding usus bayi, yang berperan penting dalam mencegah alergi di kemudian hari.
Selain itu, ASI juga mengandung berbagai zat bioaktif seperti antibodi, enzim, dan faktor pertumbuhan yang berfungsi memperkuat sistem imun bayi. Kandungan ini tidak hanya membantu melindungi dari infeksi, tetapi juga mengajarkan sistem kekebalan tubuh anak untuk mengenali dan beradaptasi dengan zat yang tidak berbahaya.
Hal ini menjadi dasar mengapa anak yang mendapat ASI eksklusif cenderung memiliki risiko lebih rendah terhadap alergi makanan atau alergi kulit.
Namun, dr. Tiara juga menekankan bahwa perlindungan ini tidak berarti anak yang mendapat ASI akan sepenuhnya bebas dari alergi. Faktor genetik dan lingkungan tetap berperan dalam menentukan risiko alergi pada seorang anak. Meski begitu, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tetap menjadi langkah awal yang paling alami dan efektif dalam mendukung sistem imun dan kesehatan jangka panjang bayi.