ilustrasi obat-obat (pexels.com/Pixabay)
Pengobatan asma jantung bertujuan untuk mengatasi gagal jantung dan penumpukan cairan di paru-paru.
Dalam kondisi darurat, beberapa obat mungkin digunakan meliputi morfin, forusemide atau diuretik, dan nitrogliserin.
Setelah kondisi stabil, pasien muingkin diberikan ACE inhibitor atau beta-blocker (atau kombinasi keduanya) untuk mencegah kambuh. ACE inhibitor membantu memperlebar pembuluh darah, sedangkan beta-blocker memperlambat detak jantung dan menurunkan tekanan darah.
Jika tidak mendapatkan cukup oksigen, pasien bisa diberikan oksigen tambahan atau ventilator noninvasif. Dalam kasus yang parah, pemasangan tabung pernapasan mungkin diperlukan. Namun, jika pasien masih bisa bernapas dengan baik dan cukup mendapatkan oksigen, tindakan ini tidak selalu dibutuhkan.
Beberapa pasien mungkin memerlukan prosedur angioplasti atau bypass koroner untuk meningkatkan aliran darah ke jantung dan memperkuat fungsinya. Jika semua metode gagal, opsi terakhir adalah transplantasi jantung.
Pasien gagal jantung simtomatik—yang sudah mengalami gejala seperti sesak napas, mudah lelah, atau pembengkakan pada kaki—memiliki risiko kematian dalam satu tahun sekitar 20–30 persen. Artinya, dari 100 pasien dengan gagal jantung simtomatik, sekitar 20–30 di antaranya bisa meninggal dalam setahun. Kondisi ini menegaskan pentingnya diagnosis dini dan terapi tepat waktu, agar kualitas hidup pasien dapat meningkat dan risiko kematian bisa ditekan sedini mungkin.
Obat-obatan seperti SGLT2-inhibitor (misalnya dapagliflozin dan empagliflozin) kini tak hanya digunakan untuk diabetes, tetapi juga terbukti efektif mengurangi risiko pasien gagal jantung masuk rumah sakit kembali. Berdasarkan studi, obat ini bisa menurunkan angka rawat ulang hingga 25–35 persen pada orang dengan gagal jantung. Selain itu, ARNI (kombinasi obat ARB dan neprilysin inhibitor) juga dapat direkomendasikan dalam panduan pengobatan gagal jantung karena mampu membantu memperbaiki fungsi jantung dan menurunkan risiko kekambuhan.
Obat agonis beta seperti salbutamol biasanya digunakan untuk melegakan sesak napas pada asma, karena bekerja dengan cara melebarkan saluran pernapasan. Namun, pada pasien dengan asma jantung yang juga mengalami detak jantung sangat cepat (takikardia) atau gangguan irama jantung berat (aritmia), penggunaan obat agonis beta dosis tinggi bisa berbahaya. Obat ini bisa memicu jantung berdetak makin cepat dan tidak beraturan, sehingga memperburuk kondisi jantung. Oleh karena itu, dokter biasanya sangat berhati-hati atau bahkan menghindari pemberian obat agonis beta dosis tinggi pada pasien dengan kondisi jantung seperti ini.
Menjalani pola hidup sehat bisa membantu mengurangi gejala gagal jantung atau mencegahnya sejak awal. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:
Rutin berolahraga.
Tidak merokok.
Membatasi konsumsi alkohol.
Mengelola stres dengan baik.
Tidur cukup.
Mempertahankan berat badan ideal.