Marak Dijual Pembalut Curah Reject, Kenali Bahayanya bagi Kesehatan

Kebersihan saat menstruasi sangat penting bagi perempuan karena berdampak langsung pada kesehatan fisik, kesejahteraan emosional, dan kualitas hidup.
Praktik kebersihan menstruasi yang benar, seperti mengganti produk sanitasi secara teratur, mencuci area genital, dan menjaga kebersihan penting untuk mencegah infeksi, seperti vaginosis bakterialis, infeksi saluran kemih, dan infeksi jamur vagina.
Sayangnya, masih banyak perempuan yang mengabaikan kebersihan selama menstruasi atau terhambat secara finansial untuk mendapatkan akses produk menstruasi yang layak.
Kualitas pembalut menstruasi yang digunakan sangat penting. Ramai dibicarakan ada banyak penjual di e-commerce yang memasarkan pembalut curah dengan harga jauh di bawah harga normal. Kualitas pembalut seperti ini patut dipertanyakan, karena bisa jadi ini adalah pembalut yang tidak lolos quality control, kedaluwarsa, atau terkontaminasi. Tentu saja, pembalut seperti ini memiliki risiko bagi kesehatan bagi kesehatan pemakainya.
Jangankan pembalut reject, pembalut produksi massal pun masih ada kemungkinan mengandung bahan berbahaya. Penelitian yang dilakukan terhadap berbagai merek pembalut menemukan adanya bahan berbahaya yang dikaitkan dengan masalah perkembangan dan reproduksi. Biar kamu tidak asal-asalan membeli pembalut, simak dulu informasi berikut.
1. Studi menemukan berbagai bahan kimia berbahaya dalam pembalut
Penelitian tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal Reproductive Toxicology menemukan berbagai bahan berbahaya pada sejumlah merek pembalut dan popok sekali pakai.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari University of Illinois di Urbana-Champaign, Amerika Serikat (AS), mengamati 11 merek pembalut menstruasi dan empat merek popok sekali pakai yang dijual di AS, Eropa, dan Asia. Merek-merek tersebut diuji terhadap empat jenis ftalat dan tiga jenis bahan kimia organik yang mudah menguap atau volatile organic chemicals (VOC).
Hasilnya, dua jenis ftalat, yaitu DBP dan DEHP, ditemukan pada semua merek popok dan pembalut yang diuji. Kedua jenis ftalat ini diklasifikasikan sebagai racun reproduksi dan perkembangan. Konsentrasi DBP tertinggi yang terdeteksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan pada barang plastik biasa, seperti kemasan film dan gelas plastik.
Para peneliti juga mendeteksi VOC yang berpotensi membahayakan dalam produk yang diuji. Xylene ditemukan pada 11 merek pembalut menstruasi, toluena pada sembilan merek, dan metilen klorida pada dua merek. Toluena dan xilena terdeteksi pada keempat merek popok yang diuji. Paparan VOC ini dikaitkan dengan pusing, iritasi kulit dan reaksi alergi, dan bahkan kerusakan pada ginjal dan sistem saraf pusat.
Bayi dan perempuan usia subur menjadi kelompok yang paling banyak menggunakan produk ini. Dengan demikian, mereka sangat rentan terhadap paparan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan tumbuh kembang dan reproduksi.
Karena pembalut dan popok bersentuhan langsung dengan alat kelamin luar dalam jangka waktu lama, ada kemungkinan sejumlah besar VOC atau ftalat dapat diserap ke dalam sistem reproduksi.