ilustrasi mengalihkan turbulensi dengan membaca buku di pesawat (Pexels.com/Berkalp Turper)
Tempat duduk dekat jendela dapat membantumu mengalihkan fokus saat turbulensi, atau dengan melihat ke luar jendela. Hal ini memberikan otak beberapa informasi sensorik melalui jalur visual, membantu menenangkan otak sebagai respons terhadap informasi vestibular yang diterimanya.
Jika bisa, tempat duduk yang menghadap ke depan atau di atas sayap akan mengurangi efek turbulensi.
Pernapasan dalam atau berirama dapat membantu mengurangi mabuk perjalanan yang disebabkan oleh turbulensi. Berfokus pada pernapasan akan menenangkan sistem saraf.
Jangan menggunakan alkohol. Meskipun kamu mungkin merasa ini menenangkan saraf, jika mengalami turbulensi, hal itu akan mengganggu proses visual dan pendengaran, juga meningkatkan kemungkinan muntah.
Seandainya menderita mabuk perjalanan dan khawatir akan turbulensi saat terbang, ada juga obat yang dapat membantu, termasuk antihistamin tertentu.
Saat terbang melalui turbulensi, bahaya sebenarnya bagi penumpang adalah cedera akibat terjatuh. Kamu dapat mencegah hal ini dengan memperhatikan awak kabin, hanya bergerak di sekitar kabin jika sudah aman dan menyimpan barang bawaan dengan benar. Sebaiknya selalu kenakan sabuk pengaman, meskipun tidak diperlukan.
Penting untuk diingat bahwa meskipun turbulensi tidak menyenangkan, pesawat dirancang untuk menahan kekuatan yang ditimbulkannya dan banyak penumpang, bahkan mereka yang kerap naik pesawat, jarang menghadapi kategori turbulensi yang paling parah karena pilot secara aktif merencanakan rute untuk menghindarinya.
Meskipun turbulensi mungkin menakutkan dan membuat penumpang merasa tidak enak badan, penting untuk diketahui bahwa turbulensi sangat umum terjadi dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan jika kita duduk di kursi dengan sabuk pengaman terpasang.
Referensi
The Conversation. Diakses pada Mei 2024. Here’s what happens to your body during plane turbulence – and how to reduce the discomfort it causes.
Humphreys, S., Deyermond, R., Bali, I., Stevenson, M., & Fee, J. P. H. (2005). The effect of high altitude commercial air travel on oxygen saturation. Anaesthesia, 60(5), 458–460. https://doi.org/10.1111/j.1365-2044.2005.04124.x.
Bertolini, G., Pagnamenta, A., Kunz, A., Del Torso, A., & Bron, D. (2023). Reduction of the vertical vestibular-ocular reflex in military aircraft pilots exposed to tactical, high-performance flight. Frontiers in Neurology, 14. https://doi.org/10.3389/fneur.2023.949227.
Huitink, J. M. (2002). A turbulent novel indication for ondansetron. Air Medical Journal, 21(3), 38. https://doi.org/10.1016/s1067-991x(02)70038-2.
Stromberg, S. E., Russell, M. E., & Carlson, C. R. (2015). Diaphragmatic breathing and its effectiveness for the management of motion sickness. Aerospace Medicine and Human Performance, 86(5), 452–457. https://doi.org/10.3357/amhp.4152.2015.
Canadian Mental Health Association. Diakses pada Mei 2024. What is turbulence? Is it dangerous?