Retinopati diabetik juga merupakan salah satu penyebab kebutaan paling umum selain degenerasi makula. Penyakit kronis ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah retina pada penderita diabetes.
Ya, retinopati diabetik adalah salah satu komplikasi yang sering dialami pasien diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Menurut data dari sebuah ulasan dalam Diabetes/Metabolism Reviews tahun 1989, sekitar 3,6 persen pasien dengan onset yang lebih muda (diabetes tipe 1) dan 1,6 persen dari pasien yang lebih tua (diabetes tipe 2), secara legal buta.
Pada kelompok usia yang lebih muda, sekitar 86 persen kasus kebutaan terjadi karena retinopati diabetik. Sementara itu, pada kelompok usia yang lebih tua, yang penyakit mata lainnya juga sering terjadi, sekitar sepertiga dari kasus kebutaan legal terjadi karena retnopati diabetik.
Retinopati diabetik terdiri dari dua jenis, yaitu retinopati diabetik nonproliferatif (NPDR) dan retinopati diabetik proliferatif (PDR). Pada NPDR, mata tidak membuat pembuluh darah baru selama tahap awal retinopati diabetik. Sementara itu, pada PDR atau retinopati lanjut, pembuluh darah baru mulai tumbuh di dalam retina.
Pada tahap awal, retinopati diabetik jarang menunjukkan gejala hingga mata mengalami kerusakan yang parah. Melansir Healthline, berikut gejala retinopati diabetik:
- Penglihatan kabur
- Kehilangan penglihatan
- Melihat floaters atau bintik hitam
- Kesulitan membedakan warna
Pengobatan retinopati diabetik berbeda-beda, tergantung pada kondisi pasien dan perkembangan penyakit. Pada retinopati diabetik tahap awal, dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan mata secara teratur untuk mengawasi kesehatan mata, jika nantinya perawatan dibutuhkan.
Pasien retinopati diabetik juga bisa menggunakan jasa dari ahli endokrinologi. Tujuannya adalah untuk membantu mengelola diabetes agar bisa memperlambat perkembangan retinopati.
Perawatan pada retinopati diabetik stadium lanjut tergantung jenis dan tingkat keparahannya. Salah satu perawatan yang direkomendasikan adalah operasi fotokoagulasi untuk mencegah hilangnya penglihatan. Melansir Healthline, beberapa jenis fotokoagulasi dan jenis perawatan lainnya yang bisa dilakukan adalah: fotokoagulasi sebar, fotokoagulasi fokal, dan vitrektomi.
Untuk mengurangi risiko retinopati diabetik, sebaiknya penderita diabetes menjaga agar kadar gula darah dan tekanan darah tetap stabil. Caranya dengan melakukan pengobatan sesuai anjuran dokter, menerapkan pola makan sehat, rutin olahraga, dan tidak merokok. Pemeriksaan mata juga sebaiknya dilakukan setidaknya setahun sekali untuk mendeteksi retinopati diabetik. Pasalnya, orang-orang dengan diabetes berisiko mengembangkan penyakit mata kronis ini.