Meskipun cokelat dapat memberikan kelegaan sementara, tetapi penting untuk dicatat bahwa cokelat bukanlah pengganti pengobatan medis. Jika kamu mengalami batuk parah, terus-menerus, atau disertai gejala lain seperti demam atau kesulitan bernapas, penting untuk berkonsultasi dengan dokter.
Namun, menikmati sedikit dark chocolate sebagai tambahan dapat meredakan gejala batuk. Teobromin dan flavonoid dalam dark chocolate dapat membantu menekan refleks batuk dan meredakan iritasi tenggorokan, begitu juga dengan sedikit rasa manis yang membantu memberikan rasa lega di tenggorokan.
Perhatikan kandungan gula dan pilih dark chocolate berkualitas tinggi dengan persentase kakao tinggi untuk mendapatkan manfaat terbaik.
Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut, tetapi beberapa artikel menunjukkan hasil yang cukup baik untuk mengonsumsi cokelat, khususnya dark chocolate, saat batuk sebagai penyokong obat-obatan. Walaupun tidak dapat menggantikan perawatan medis, tetapi dark chocolate dapat dipertimbangkan sebagai tambahan yang menenangkan dan berpotensi meringankan keluhan batuk.
Referensi
"What Foods to eat and Avoid When You Have a Cough." Care Hospital. Diakses Februari 2025.
"The Best Cure for a Cough May Actually Be Chocolate." Good House Keeping. Diakses pada Februari 2025.
"Chocolate is a better fix for your cough than medicine: study." New York Post. Diakses Februari 2025.
"Chocolate Can Fight Coughs Better Than Some Cold Medicine—Here’s Why." Taste of Home. Diakses Februari 2025.
Uthus, E. O., Claycombe, K. J., & Johnson, W. T. (2012). "Effects of pre‐ and postnatal diets on body compositions of diet‐induced obesity prone Sprague‐Dawley rats." The FASEB Journal, 26(S1). https://doi.org/10.1096/fasebj.26.1_supplement.648.4