Pemberitaan soal mi instan lagi-lagi menjadi sorotan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mengumumkan akan segera memanggil produsen terkait temuan residu etilen oksida pada produk Indomie Mi Instan Rasa Soto Banjar Limau Kuit. Produk ini diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood).
Temuan ini berawal dari laporan otoritas Taiwan yang mendapati kandungan etilen oksida melebihi standar keamanan pangan di negara tersebut. Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menyatakan pihaknya akan menindaklanjuti dengan memanggil produsen untuk memastikan keamanan produk yang beredar.
Menurut BPOM, produk tersebut bukan bagian dari ekspor resmi perusahaan ke Taiwan. Diduga, distribusi dilakukan oleh pihak trader dan bukan importir resmi, sehingga berlangsung tanpa sepengetahuan produsen. Saat ini, produsen tengah melakukan penelusuran terhadap bahan baku yang digunakan serta mencari tahu penyebab adanya residu etilen oksida dalam produk. Hasil investigasi ini akan segera dilaporkan kepada BPOM.
Perbedaan standar keamanan pangan menjadi salah satu faktor munculnya temuan ini. Taiwan memberlakukan aturan yang sangat ketat, yakni kadar etilen oksida total harus tidak terdeteksi sama sekali dalam produk pangan. Ini berbeda dengan standar di sejumlah negara lain, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Indonesia. Di negara-negara tersebut, regulasi memisahkan batasan etilen oksida dengan senyawa turunannya, 2-kloroetanol (2-CE), sebagai analit pengujian, bukan dengan pendekatan total etilen oksida.
Hingga saat ini, Codex Alimentarius Commission (CAC), lembaga internasional di bawah WHO dan FAO yang menetapkan standar pangan global, belum mengatur batas maksimum residu etilen oksida. Perbedaan regulasi inilah yang membuat penilaian keamanan pangan terkait etilen oksida bisa berbeda antar negara.
Menurut dokumen resmi dari BPOM RI, batas maksimal residu (BMR/MRL) untuk etilen oksida dalam pangan olahan ditetapkan sebesar 0,01 mg/kg (uniform limit) dengan mempertimbangkan keamanan yang manageable, prinsip As Low As Reasonably Achievable (ALARA) serta regulasi dari negara lain.
Apa sebenarnya etilen oksida, dan seberapa berbahaya dampaknya bagi kesehatan?