ilustrasi stres (pexels.com/Alex Green)
Seperti dijelaskan di laman Mayo Clinic, penyebab pasti dari broken heart syndrome belum diketahui secara jelas. Diperkirakan bahwa lonjakan hormon stres, seperti adrenalin, dapat merusak jantung beberapa orang untuk sementara waktu. Bagaimana hormon-hormon ini dapat melukai jantung atau apakah ada hal lain yang bertanggung jawab tidak sepenuhnya jelas.
Tekanan sementara (penyempitan atau konstriksi) dari arteri besar atau kecil di jantung mungkin berperan. Orang yang mengalami sindrom patah hati mungkin juga mengalami perubahan struktur otot jantung.
Sindrom ini sering didahului oleh peristiwa fisik atau emosional yang intens. Misalnya, penyakit akut (seperti serangan asma atau infeksi COVID-19), operasi besar, atau patah tulang dapat menyebabkan sindrom patah hati. Apa pun yang menyebabkan respons emosional yang kuat, seperti kematian atau kehilangan lainnya, atau argumen yang kuat dapat memicu kondisi ini.
Meskipun jarang, penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan broken heart syndrome, yang bisa meliputi:
- Obat darurat untuk mengobati reaksi alergi parah atau serangan asma parah
- Beberapa obat untuk mengobati kecemasan
- Dekongestan hidung
- Narkotika seperti metamfetamin dan kokain
Selalu beri tahu dokter tentang obat yang kamu konsumsi, termasuk yang dibeli tanpa resep. Saat memulai pengobatan baru, bicarakan dengan dokter tentang potensi risiko dan efek samping yang bisa terjadi.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko sindrom patah hati, yang termasuk:
- Jenis kelamin laki-laki
- Usia di atas 50 tahun
- Riwayat gangguan kesehatan mental sebelumnya atau sedang mengalaminya, misalnya kecemasan atau depresi