ilustrasi rupa olahan qusthul hindi (verywellhealth.com)
Dokter Danang mengingatkan bahwa obat yang diberikan bersamaan pasti menimbulkan interaksi: menunjang khasiat obat atau menurunkannya. Terkait qusthul hindi, dr. Danang menyayangkan minimnya data ilmiah penggunaan obat tersebut. Jadi, hasil interaksi atau kombinasi qusthul hindi dengan obat lain masih belum diketahui.
Agar lebih aman dan mencegah interaksi obat negatif, disarankan pemberian jeda pada konsumsi obat dan qusthul hindi. Karena absorpsi obat terjadi pada lambung atau usus dan butuh waktu 1-2 jam hingga kosong lagi, maka qusthul hindi dapat diberikan 1-2 jam setelah minum obat.
ilustrasi obat herbal (unsplash.com/Jan Antonin Kolar)
Kesimpulannya, klaim qusthul hindi untuk menyembuhkan COVID-19 tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Oleh karena itu, khasiat medisnya amat diragukan terhadap COVID-19. Meski menunjukkan manfaat untuk gejala COVID-19, bahan herbal ini lebih bersifat suportif atau pendukung terapi obat utama.
Selain itu, karena qusthul hindi bukan asli Indonesia, maka kemurnian bahannya pun diragukan. BPOM belum memberikan izin untuk qusthul hindi, sehingga tidak disarankan untuk dikonsumsi.
Dokter Danang menyarankan, daripada qusthul hindi, lebih baik mengonsumsi obat-obatan herbal yang asli Indonesia yang sudah teruji oleh berbagai penelitian ilmiah.
"Jangan sampai overclaim. Kalau saya sarankan, lebih baik menggunakan herbal asli Indonesia seperti temulawak, kunyit, bawang putih, hingga sambiloto yang sudah lebih banyak dukungan ilmiahnya daripada qusthul hindi," kata dr. Danang menutup pembicaraan.