Complex PTSD: Gejala, Penyebab, dan Perawatan

Gangguan stres pascatrauma (PTSD) kompleks atau complex PTSD (cPTSD) adalah kondisi psikologis yang melibatkan banyak gejala PTSD disertai gejala lainnya.
PTSD bisa disebabkan oleh sejumlah peristiwa traumatis, seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan tindak kekerasan. Namun, ketika peristiwa traumatis terjadi secara berulang dan berkelanjutan, ini bisa memicu PTSD kompleks karena sifatnya lebih intens.
PTSD kompleks sebenarnya sudah mendapat perhatian sejak istilah ini dicetuskan pertama kali sekitar akhir tahun 1980–an. Akan tetapi, ini bukan termasuk kondisi mental yang diakui dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). Berbeda dengan International Classification of Diseases, 11th Revision (ICD-11) yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) diakui sebagai suatu kondisi kesehatan mental.
1. Gejala
Selain gejala utama PTSD, penghindaran, dan hyperarousal, gejala PTSD kompleks umumnya meliputi:
- Pandangan diri yang negatif: Orang dengan PTSD kompleks cenderung memiliki pandangan yang negatif terhadap diri sendiri. Perasaan bersalah, malu, dan tidak berdaya sering kali mengganggu kehidupan. Studi dalam World Journal of Psychiatry mengungkap, orang yang terdiagnosis PTSD kompleks sering merasa menjadi "berbeda" dari orang-orang pada umumnya.
- Kesulitan mengendalikan emosi: Menurut studi dalam Borderline Personality Disorder and Emotion Dysregulation, penderita PTSD kompleks sangat rentan terhadap ledakan emosi, kesedihan terus-menerus, depresi, hingga pikiran untuk bunuh diri.
- Kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan: Bukan tidak mungkin penderita PTSD kompleks sulit memercayai orang lain (terlebih jika faktor pemicu trauma adalah tindak kekerasan). Laporan dalam Journal of Counseling & Development menjelaskan, seseorang dengan PTSD kompleks mungkin menghindari suatu hubungan dalam beberapa titik kehidupan.
- Trauma detachment: Pengidap PTSD kompleks dapat mengembangkan perasaan depersonalisasi dan derealisasi. Mereka mungkin juga melupakan trauma yang dirasakan, tetapi dengan konotasi yang negatif.
- Meragukan esensi makna kehidupan: Tidak jarang penderita PTSD kompleks mulai goyah akan aspek dalam kehidupan, seperti nilai, keyakinan agama, atau harapan pada dunia dan orang lain.