Selain tingginya kadar ACE2, Zephyrhills Dental merunut bahwa badai sitokin, reaksi inflamasi berlebihan parah akibat COVID-19, juga bisa terjadi di rongga mulut. Dan, seperti yang kita tahu, rongga mulut amat sensitif terhadap inflamasi. Oleh karena itu, hiperinflamasi akibat COVID-19 berpotensi memperparah masalah rongga mulut.
Kemudian, adanya perubahan pada ketebalan kapiler juga berpotensi menjelaskan mengapa COVID-19 bisa meluluhlantakkan rongga mulut. Sebuah riset di Jerman yang dimuat dalam jurnal Angiogenesis pada Agustus 2022 melibatkan 58 partisipan, yang mana 27 partisipan adalah pasien long COVID.
Hasilnya, para peneliti Jerman menemukan bahwa 18 bulan setelah COVID-19, kepadatan pembuluh kapiler berkurang 41 persen. Selain terlihat bahayanya di rongga mulut, para peneliti memperingatkan bahwa fenomena ini bisa memicu penyakit kardiovaskular hingga lebih fatal.
ilustrasi dokter gigi (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Kembali lagi ke studi di Belanda, para peneliti Belanda mengungkapkan beberapa informasi tambahan. Saat disesuaikan dengan faktor lainnya, hubungan antara COVID-19, keropos tulang alveolar, dan gigi lepas tak lagi terlihat. Jadi, kondisi rongga mulut bisa menjadi penanda keparahan COVID-19, tetapi bukan sebagai faktor risiko tersendiri.
Berbagai pertimbangan ini membuktikan bahwa kesehatan rongga mulut dan gigi bisa memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, termasuk pasien COVID-19 ringan hingga parah. Dengan kata lain, tetap jaga kebersihan gigi dan mulut di masa pandemik COVID-19.